Kamis, 26 Agustus 2010
Modal Nekat Ke Pulau Dewata (4)
Huuft, tarik napas yang panjang, huaaah!Maaf penulisan perjalanan di Bali sempat terganggu sumpah itu bukan rekayasa, itu ungkapan kesedihan atas kejadian yang menimpa saya. Sekarang saya sudah sanggup untuk melanjutkan tulisan ini...
Yaah, bersama Anda dan Pak Ngurah kami menelusuri perjalanan ke Lovina. Kecepatan mobil saat tinggi padahal hujan tidak berhenti mengguyur. Perlahan rasa takut itu hilang karena Pak Ngurah terus berceloteh. Bawel sekali dia, tapi aseklah!
Jam 5 pagi kami sampai di Lovina. Oh my god, dingin! Hanya ada mobil kami saja, satu-satunya! Gelap semua, tidak terlihat pantai hanya debur ombak yang menggulung. Tiba-tiba, rombongan bule mulai berdatangan. Pasti mereka ingin melihat lumba-lumba juga!
Tepat pukul 6, para nelayan sudha siap dengan perahu yang akan membawa penumpang berkeliling mengejar-ngejar si lumba-lumba. Sempat, saya dan Anda mengurungkan niat! Habis mahal banget, 100 ribu perorang. Hmm...lirak lirik, akhirnya setuju dan berangkat!
Satu perahu itu hanya ada Saya, Anda, Si Nelayan, dan satu bule dari Rusia yang bisu (hahahah doi enggak mau diajak ngomong boo). Brrrr...ngeng...perahu berjalan menyusuri pantai pasir hitam. Celingak celinguk, saya dan Anda mencari lumba-lumba.
Di tengah laut, tiba-tiba saja kami melihat jukung (sebutan kapal nelayan) berkumpul dari berbagai arah! Waah ternyata penikmat lumba-lumba itu banyak dan berkepala pirang semua!!! No pribumi at all!!!
Sebenarnya, kalo dilihat-lihat lagi, pantai Lovina ini memang tidak seistimewa pantai yang ada di selatan pulau Bali. Ombaknya kecil, pasir hitam dan tidak keihatan sama sekali pemandangan di dalam air. Keruh, seperti air got! Tapi siapa sangka, makhluk cerdas itu tinggal di dalamnya, Si lumba-lumba Lovina.
Dan tak lama kemudian, Anda langsung berteriak, "Itu dia...aaaaaa...lumba-lumba..aaaaa." Benar-benar nih temen saya labil! Hahaha, walaupun begitu saya ikut teriak juga,lho. Habis jarang-jarang di kota lihat yang begini, segerombolan lumba-lumba muncul sambil melompat-lompat seolah-olah tahu kami adalah penonton yang haus pertunjukkan.
Begitu melihat sedikit saja badan lumba-lumba, semua jukung langsung mendekati arah itu. Entah ada berapa jukung! Mungkin lebih dari 20an, saling mengejar ke arah lumba-lumba. Makin lama lompatan itu makin tinggi, syuuut, byuuur! Perfect!!!! Lumba-lumba itu luar biasa dan manis.
Mamalia itu bak seorang artis ternama, semua kamera tertuju padanya. Termasuk kami, mengambil pose dari berbagai sudut sambil teriak kegirangan. Dan si Bule hanya bermuka datar, melihat tingkah laku kami yang agak norak. Hahaha, mungkin si bule ingin teriak juga cuma dia mupeng enggak ada temennya, wikiwkikiiki.
Sesekali, kami mendengar suara lumba-lumba itu berteriak, ciiiit...ciit. Selain melihat lumba-lumba, saya memperhatikan alam di pantai Lovina. Bisa dibilang indah! Tapi memang belum bisa mengalahkan pantai-pantai selatan di Bali.
Jejeran dataran hijau, berupa hutan dan bukit mengelilingi pantai yang hitam pekat. Simbol khas, patung Singaraja, patung lumba-lumba pun tampak dari tengah pantai. Aah, Bali memang luar biasa.
Saking luar biasanya, saya masih exited berada di jukung. Semakin matahari meninggi, aktifitas lumba-lumba mulai berkurang. Saya dan Anda mencoba sibuk sendiri di jukung dan terus berfoto. Saya pun nekat berdiri seperti pose Kate Winslet di film Titanic. Angin terus menerpa, menambah suasana makin mirip dengan film Titanic, hihihi. entah ratusan foto yang sudah kami buat yang jelas kami benar-benar dibuat larut oleh Lovina dan penghuninya, si lumba-lumba.
Lumba-lumba pun itu akhirnya tak terlihat lagi. Pas jam 8, kami menuju daratan untuk segera melanjutkan perjalanan. Puas juga keliling pantai selama 2 jam dengan tarif kurang lebih 100 ribu rupiah.
Wiiiw selamt tinggal Lovina, tujuan kami selanjutnya adalah Bedugul. Karena waktunya mepet, kami tidak sempat sarapan. Hanya membeli beberapa snack di indomart dan menghabiskannya di mobil.
Daerah utara Bali ini penuh dengan bukit dan jalan terjal, berkelok. Seram tapi indah! Dan, sering berkabut. Lama-kelamaan pun hujan! Yak, hujan deras, sempat membuat kami putus asa. Mungkin enggak, yah, melihat Danau Bedugul. Huuft, kali ini kami belum seberuntung saat ke Lovina, kabut tebal turun dan hujan di Bedugul. Batal sudah kami ke sana.
Dengan sedikit rasa kecewa, kami memutuskan untuk bermain ke Water Sport, Tanjung Benoa (hehe sebenarnya, saya sih, yang lebih pengen!) Huaa, langsung terngiang-ngiang, bermain apa itu namanya, tiduran di atas pelampung bebrbentuk ikan pari lalu terbang di atas pantai, melayang selama beberapa saat! Seruuuuu!!!!!
Sayang seribu sayang, partner saya enggak berani ikutan! Jadilah saya putuskan untuk mencoba sendiri! Ya sudahlah mau diapain lagi, inilah yang saya idam-idamkan jika saya ke Bali. Dan saya tidak mau melewatkan itu.
Setengah ngeri dan deg-degan, takut kenapa-kenapa, saya pasrah sajalah. Yang penting bisa terbang kayak yang saya lihat di tipi-tipi, hahahaha. Jadi, pulang-pulang, saya enggak norak lagi dan bisa berbagi cerita seru!
Wuiiih, ternyata sereeeem juga, lho! Kalau saja, saya tidak kuat memegang tali pengaman, byuuur saya langsung nyemplung ke laut! Jantung ser-ser-an!!! Si mas mas alay gaya pantai itu ketawa ketiwi cekikikan, melihat saya tegang. Aah, bodo amat yang penting have fun!
Terus apa yang dilakukan si Anda? Haduuh, dia memang doyan dipermalukan! Moso, dia teriak-teriak di tengah pantai sambil memanggil nama saya berulang kali. Seolah-olah saya ini korban yang lagi kelelep di tengah pantai. Padahal saya lagi melayang di udara di ketinggian 15 meter kira-kira! Hahaha...
Petualangan masih belum berhenti, nih. Karena saya dapat harga murah untuk dua kali naik, maka jadilah saya naek pelampung berbentuk donat. Yang ini benar-benar menyiksa! Ogah aah naik lagi! Seperti dibanting lalu dihempas!!! Andai saja saya tidak kuat memegang pegangan di donat itu, hmm saya yakin terlempar ke dalam laut biru di Tanjung Benoa, hiiiii.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar