Akulah Si Sophis!

Minggu, 26 Desember 2010

Ditilang? Baca Petunjuk Ini!

Siapa, sih yang mau kena tilang? Dengan tegas saya jawab TIDAK! Ahaha, kecuali kalau Anda memang kepengen nyoba-nyoba, yah, silahkan atuh!

Gara-gara pengalaman kena tilang, saya jadi punya tips khusus, nih terutama bagi para reporter yang lagi buru-buru liputan eh kena tilang.

Ini, dia tipsnya:

Kalungin Id pers saat menuju tempat liputan

Begitu polisi mengeluarkan sinyal-sinyal penting untuk menilang, kita harus segera memakai id pers. Hehe, ini penting, buat backupan sementara, lho. Jangan langsung sebut nama media kita. Tunggu polisi bertanya, "Mau ke mana?" kita jawab, "Maaf, Pak mau liputan, saya dari XXXXX buru-buru, nih, pak."

Perhatiin, deh, pasti mata si polisi langsung menuju ke id pers dan mukanya sedikit berubah. Hihihi.

Mengaku salah, katakan MAAF!

Hmm, ingat, yah, katakan MAAF sambil tersenyum lebar jika memang kita sebagai pengemudi salah! Keep cool! Santai, jangan emosi! Polisi paling enggak suka kalau kita langsung nyolot.

Biasanya, kalau polisi ini ketakutan dia akan langsung membiarkan kita pergi. Tapi, sebelumnya tentu dia akan membentak-bentak dan mengomeli kita. Cuekin ajah! Itu cuma gertak sambel!

Hmm, kalau ini polisi tetep minta duit, ikutin lagi tips berikutnya!

Sembunyikan uang di dompet

Nah, kalau polisi itu mengajak kita turun dari mobil, segera KOSONGKAN duit Anda! Sisakanlah sebanyak yang Anda mau. Cukup 20 atau 50 ribu misalnya. Jangan terlalu sedikit juga, ketahuan rekayasa, dong.

Mengosongkan duit berguna jika kita kalah bernegosiasi kemudian Pak Polisi minta 'pesangon'. Nah, kita bisa berdalih, "Maaf pak, saya cuma punya uang segini!" Hehehe...Pasanglah muka memelas seperti orang meminta-minta.

Bersandiwara seperti pemain Teater

Nah, buat Anda yang bepergian dengan keluarga bukan tugas liputan terus kena tilang, saran saya, pandai-pandai berakting. Seperti pengalaman teman saya, kalau Anda diajak turun ke mobil berpura-puralah Anda menjadi supir yang sedang membawa majikan bertamasya. Hehehe... Bilang juga belum gajian, majikan pelit!

Mudah-mudahan bisa dapet diskonan denda tilang seperti yang dialami adik teman saya.

Masih belum ampuh juga? Saran saya selanjutnya, enggak usah nyetir sendiri, deh! Pake angkot saja, hahaha... Selamat mencoba

by: Annisa Sophis, Miss Anchor

Cerita Lucu Dibalik Tilang Menilang

Aaah, akhirnya ada kisah selain cinta-cintaan yang bisa saya tulis. Bosen juga sudah beberapa kali kisah-kisah sinetron, cengeng-cengengan, yah, namanya juga hidup. Ahaaay!

Menjadi reporter itu memang banyak kelebihannya! Saya lebih suka menyebut diri saya reporter karena sebutan wartawan menurut saya lebih cocok untuk media seperti koran. Sepertinya, mereka itu bisa disebut pengejar berita sejati!

Pagi-pagi di hari Natal, 25 Desember 2010, saya harus melaksanakan tugas liputan di Taman Buah Mekarsari, Cileungsi, Bogor. Tapi, rupanya panitia menyediakan mobil jemputan yang di parkir di RS UKI, Cawang yang berangkat jam 8 pagi.

Nah, akhirnya, saya diantar oleh babe pagi-pagi menuju RS UKI. Kami bedua sama-sama tidak akrab dengan daerah itu. Jalanan di perempatan Cawang bawah itu membuat kami pusing memilih. Kami datang dari arah Kuningan lurus terus tahu-tahu sudah sampai di perempatan Cawang.

Kami mengambil jalur ke kanan. Tapi, kok aneh, tidak ada mobil yang mengikuti kami dan tidak ada rambu-rambu lagi seperti lampu merah. Ragu-ragu, deh! Akhirnya, saya putuskan, "Udah, kanan aja, deh," Babe pun mengikuti apa yang saya katakan.

Dari kejauhan saya melihat ada seorang polisi, hmm kayaknya bakal kena tilang, nih. Nah, bener!!! Mobil kami pun diSTOP! Waduuh, salah jalan, nih. Terburu-buru saya ambil Id card pers sambil ngomong ke babe, "Bilang mau anter anak liputan dari media ..........."

Yak, dan, "Selamat pagi, pak, wah, bapak salah jalan, enggak boleh lewat situ, pak. Itu khusus buat busway," kata Pak Polisi sambil senyum merekah (mungkin doi senang bakal dapat 'sarapan pagi' kali ye? :p)

"Boleh lihat sim dan STNK, pak?" kata polisi itu.

Langsung, babe memberikan balasan, "Waduh, maaf, ya, Pak. Kami buru-buru mau antar anak liputan, kebetulan jarang lewat sini, Pak. Enggak tahu jalan, nih. Anak saya wartawan XXXXXXXXX mau liputan di RS UKI, pak."

Begitu mendengar sebutan wartawan dan media, pak polisi itu menatap id pers yang saya kenakan. "Ting...ting, hahaha muka si polisi tetap senyum tapi malu-malu gimana gitu," ujar saya dalam hati.

Saya juga tetap berusaha bermanis-manis ria di depan Pak Polisi, "Maaf, ya, pak, kami benar-benar bingung. Sebenarnya, yang benar lewat jalur sebelah mana, yah, Pak?"

"Harusnya, enggak boleh belok kanan, belok kiri terus nanti putar balik," kata Pak Polisi masih dengan ramah dan senyum terhangat yang pernah saya lihat, hehehe.

Tak lama kemudian, setelah dia memeriksa SIM dan STNK, dia justru mengembalikan itu pada bapak saya,"Yah, sudah, lain kali jangan lewat jalur itu lagi, yah"

Wah, saya senang, nih, yeaaay berhasil tanpa harus pakai adu otot dan diplomasi. Sebenarnya memang kami yang salah, sih, tapi kan kalo bisa dibebasin lebih enak, hehe.

Pas, polisi lagi ngembaliin STNK, eh babe udah keburu ngeluarin dompet! Hadeeeeh, si babe ini merusak suasana, dah! Jadi bingung, kan, nih. Jangan-jangan si babe mau kasih 50 ribu! Entah kenapa karena buru-buru, akhirnya yang keluar malah 20 ribu, hahaha, dikasihlah untuk Pak Polisi. Sambil mengucapkan, "Maaf, ya, Pak" Polisi menjawab,"Sama-sama pak, maaf juga sudah mengganggu pagi-pagi"

"Oh, iya, Pak kalau mau ke RS UKI sudah deket, tinggal lurus terus puter balik di depan sana," kata Pak Polisi lagi sambil melebarkan senyum lagi.

Dan kami pun melengos sambil tertawa-tawa. Sebenarnya, Polisi itu enggak minta duit, sih, cuma babe saya ini agak panikan dan terlanjur ngeluarin dompet, ya sudah dikasihlah.

Selidik punya selidik, ternyata memang perempatan Cawang bawah itu jebakan komeng alias sasaran empuk buat ditilang! Karena banyak pengemudi yang bakal bingung kalau jarang ke daerah ini.

Nih, saya dapat infonya dari

Kebanyakan, pengemudi motor atau mobil akan langsung belok kanan karena memang terlihat tidak ada larangan, hehehe. Hati-hati, yah, kalau ke daerah ini.

Yah, satu lagi, saya enggak bermaksud menggunakan id pers untuk memanfaatkan kesempatan menang dalam tilang menilang, tapi apa yang saya katakan jujur, memang benar mau liputan, hehehe.

Saran saya, kalau sedang liputan dan tiba-tiba kena tilang, yah, jujur saja bilang mau liputan. Tetap kenakan id tentunya hehehe. Kalungkanlah di leher! Tinggal proses mediasi dan sedikit sepak-sepik saja, mudah-mudahan lolos tanpa keluar duit! :p

Oh, tetep, yah, kalau kita salah, yah memang kita harus mengakui salah. Jangan lupa perbanyak kata "MAAF" untuk menghaluskan sang penjaga lalu lintas. Adakalanya, ketemu polisi yang galak, lalu dia akan memarahi kita. Dengarkan saja dulu, sambil mengangguk-angguk dan bilang, "Iya, pak, maaf, ya, pak, "

Kalau memang kita sedang bernasib baik, dia cuma bawel dan nyerocos panjang lebar sambil memperhatikan id yang kita pakai. Idiiiih, lirikan maut pak polisi! Habis itu, dia akan bilang, "Ya, sudah sana jalan. Hati-hati lain kali" Inilah kejadian tilang menilang yang pernah saya alami selama menjadi reporter. Dua kali kena tilang dan alhamdulillah masih lolos.

Cerita tilang-menilang memang tak ada habisnya dan ada-ada saja! Kebetulan, saya curhat sama teman sesama media setelah kasus penilangan yang menimpa saya itu. Tentu, saja kami tertawa cekikikan melihat ekspresi Pak Polisi yang berubah setelah tahu yang ditilang adalah kuli tinta.

Tapi, ada juga, nih cerita seru dari teman saya. Beberapa waktu yang lalu dia pergi bersama keluarga dan adiknya. Singkat kata, dia salah jalan di daerah Moestopo. Widiih, polisinya ganas-ganas, tuh, tanpa ampun, deh!

Nah, ditilanglah dan yang menyetir adalah adik teman saya. Begitu ditilang, apa reaksi anda pertama kali? Panik? Yup, itu biasa terjadi apalagi kalo enggak biasa berhadapan dengan polisi.

Si polisi langsung minta STNK dan SIM! Celakanya, SIM pun ketinggalan. Ya, sudah langsung bersemangatlah ini polisi mengadili!

Setelah itu biasalah, terjadi transaksi kecil. Adik teman saya itu disuruh turun dan bernegosiasi, hahay. Untung, adik teman saya, ini sempat berpikir sedetik. Sebelum turun dari mobil, ia mengeluarkan semua isi uang, dan hanya ada 50 ribu di dompetnya.

Wow, sudah pakai kata maaf dan mengaku salah, belum ampuh juga, nih! Tahu-tahu, Pak Polisi ini langsung berkata, "Ya udah, sini, 150 ribu aja!" Wedeeeeh Paak, mahal boneng!

Tiba-tiba adik teman saya ini, langsung berkata,"Yah, ya udah deh, pak. Ini STNKnya, diambil ajah, nanti saya ambil di XXXXXXX (menyebut salah satu ornag berpengaruh di polisi)"

Apa yang terjadi? Pak Polisi ini langsung berubah akrab tapi tetep galak, sih. "Oh, situ kenal sama XXXXXXX. Bilang dong dari tadi."

"Yah, pak, saya, kan enggak enak, mau bilang. Entar dikiranya saya mau manfaatin," kata adik teman saya sambil sok-sok polos.

"Lagian, saya enggak punya duit, nih, pak. Nih, lihat, di dompet saya cuma ada 50 ribu. Saya belum gajian, Pak. Nih, saya lagi antar majikan tuh di dalam mobil!" kata adik teman saya lagi sambil menunjukkan isi dompet. (Pinter juga sandiwaranyanya, yah, ngaku-ngaku jadi supir, hahaha)

Yah, yang namanya polisi galak memang susah kalau enggak kenal duit. Tetep si polisi itu berkata, "Ya, sudah, sini saya kasih diskon jadi 50 rebu."

Yah, nasib, hahaha tapi mendingan lah daripada 150 ribu, ya, kan? Akhirnya, dikasihlah uang selembaran berwarna biru itu. Begitu sampai di mobil, adik teman saya ini langsung cerita sambil ketawa ngakak, "Huahahaha, tadi gue ngakunya supir lagi antar majikan." Ketawanya pun disambut dengan tawa penumpang di mobil itu. Ide yang cemerlang juga!

Lucu-lucu dan bikin heran mendengar kisah tilang menilang. Intinya, stay cool, jangan panik, dan pandai-pandailah Anda bersandiwara, hehehe. Yah, kalau memang lagi apes dan polisi tak mau bernegosiasi siap-siap menggocek isi dompet. Kalau enggak rela juga ya, silahkan mengikuti rangkaian persidangan.

Hmm, gimana,mau nyoba bertualang kena tilang dan lihat reaksi si Pak Polisi? Atau mau cari aman saja?

Sabtu, 25 Desember 2010

Matikan Hape Saat Bercinta!!!

Hahaha, peringatan bagi yang suka menggebet sana-sini, punya selingkuhan apalagi! Matikan hape saat Anda bercinta dengan kekasih. Kalau tidak, masa klimaks bisa jadi antiklimaks dalam sekejap! Anda bisa mengikuti jejak sahabat saya.

Lama sekali tak bertemu sahabat saya yang satu ini. Sebut saja, namanya, Angel. Haus rasanya ingin bergosip sana-sini. Gatel mulut kami berkomat-kamit! Segudang cerita sudah sampai di ujung mulut, siap untuk dimuntahkan.

Waaah, seperti letusan Merapi, wedus gembel terus menerus keluar, begitu juga dengan perbincangan kami yang tak pernah terhenti sedikit pun.

Dan keluarlah cerita konyol! Tanpa rem dan blak-blakan, ia ceplas-ceplos. "Anjrit, kebayang enggak, loe? Lagi enak-enaknya begituan, eh tahu-tahu ada bunyi sms di hape pacar."

Bunyi itu enggak berhenti-henti sampai akhirnya, Angel penasaran dan meraih hape dan membacanya! Upss, badan sudah dibasahi keringat karena bersemangat bercinta eh dia nge-drop gara-gara baca sms!

"Langsung lah, Nis, gue balik badan, pindah posisi. Lemes dan bete! Asal loe tahu saja, gue langsung ngambil rokok duduk nongkrong di sofa depan tivi dengan pakaian beha dan cd doank," cerita Angel yang justru membuat saya terpingkal-pingkal mendengarnya.

Enggak kebayang, nongkrong di depan tivi cuma pakaian dalam sambil merokok. Birahi sudah lenyap, begitu menurutnya. Alamaak!!!

Sms itu dari sang mantan dengan nada-nada mesra. Aiiih, ada-ada saja! Sumpah, saya tertawa mendengar kisahnya itu!

Saya masih membayangkan dia ngerokok hanya dengan pakaian minim ditambah rasa nanggung yang jauh dari klimaks.

Pelajaran:

Buat yang suka selingkuh, matikan hape dulu, yah sebelum bercinta! Kalau tidak, jangan salahkan tiba-tiba selingkuhan, mantan atau gebetan menelpon dan merusak acara bercinta.

Pelajaran yang kedua, adegan ini terserah Anda menafsirkannya apa. Boleh ditiru atau tidak? Terserah! Yah, kalau Anda suka sama suka, mau sama mau, tanggung saja resikonya. Hehehe...

Jumat, 24 Desember 2010

Everyone Is Precious

Suatu malam, perayaan Hari Ibu menjadi sesuatu yang sangat berbeda dan membuat saya meledak-ledak.

Intinya, sih, kecewa! Lagi-lagi, deh, saya enggak tahu mau meluapkan emosi ke mana. Sepertinya, ditelan bulat-bulat jadi solusi paling ampuh dan setelah itu saya menjadi gila sesaat.

Aha, untung saja, kali ini Tuhan enggak membiarkan saya gila sesaat. Saya menemukan seorang sahabat. Hmm, anehnya, saya baru beberapa kali ketemu dia. Tapi, saya yakin inilah orang yang tepat dan akurat! Hahaha...

Kalau melihat orang ini, saya seperti mengaca. Semuanya kembali memberikan pantulan! Apa yang dirasakannya yah itulah yang saya rasakan.

Satu demi satu, saya uraikan masalah saya. Persis, seperti orang yang sedang memecahkan persoalan ujian. Penuh hati-hati saya berbicara.

Saya sadar betul, saya punya masalah dan penyebab utamanya adalah diri saya sendiri. Dan dia sangat mengerti itu! Nasehat-nasehat yang diberkan pun klop!

Singkat kata, selesailah kami saling memberi semangat. Sampai akhirnya saya tahu, ternyata sahabat saya ini punya masalah yang lebih dahsyat! Kalau saya jadi dia, mungkin saya sudah gila di jalan lengkap tanpa busana.

Jadilah malam itu, saya tertarik mendengarkan kisah pilu dari seorang sahabat. Saya pikir, malam itu saya makhluk paling madesu. Ya, ampun ternyata salah besar! Saya harus bersyukur.

Sahabat ini korban cinta buta berkacamata kuda tak ada bedanya dengan saya yang juga bodoh dan suka mendewakan orang yang salah di atas segalanya. Inilah cinta, hahaha, konyol!

Dia (sahabat saya) punya kekasih hati yang sangat amat dicintai. Sayang, dia mencintai penuh ikhlas dan tulus pada orang yang cintanya tak sebesar yang ia berikan.

Semua diberikan untuk sang kekasih. Apapun itu! Masukan dari sahabat, orang terdekat tak dihiraukan sama sekali. Pokoknya, di dunia ini cuma si abang sayang yang paling dia sayang dan segala-segalanya untuknya. Mirip sinetron, kan? Tapi ini kisah nyata, lho.

Sampai akhirnya, kebobolanlah ini sahabat saya. Panik? Oh, tentu saja! Karena hasilnya adalah 'bertambah satu'. Bingung, pikir-pikir, godaan setan pun lewat. Sementara si abang tak tahu menahu tentang kabar kekasihnya. Kelakuan si abang mulai berubah. Malah gebet sana-sini. Lirak-lirik, kanan kiri. Duuh, Tuhan! Kesel saya mendengarnya! Emosi jiwa.

Sahabat saya ini sengaja tidak memberikan kabar yang seharusnya bahagia itu pada si abang. Karena stres tingkat tinggi, obat tidur menjadi pilihan sementara untuk keluar dari masalah, untuk bisa tidur, bisa istirahat tiap malam.

Dia lupa, obat tidur punya efek buruk buat penghuni baru di dalam rahim. Hilang dan lenyaplah penghuni itu! Menyesal tiada tara...

Hmm, tapi masalah belum selesai. Dia kembali lagi sama abang. Entah apa yang membuatnya kembali. Mungkin, si abang berhasil membuatnya klepek-klepek lagi dengan berbagai bujuk rayu. Jatuhlah, lagi kepangkuannya. Seperti jebakan komeng, bukan?

Sebenarnya, dia tidak benar-benar bahagia bersama abang. Hanya saja cintanya begitu dalam seperti lautan kata orang-orang. Karena toh, si abang tidak berubah! Ia hanya berharap suatu saat si abang berubah. Sebenarnya, sahabat saya selalu mengeluhkan kelakuan si abang tapi ya, itu, namanya juga cinta buta! Hajar terus!!!

'Gawang kembali kebobolan!!!' Dan, hasilnya pun positif! Frustasi lagi,lah. Kali ini, dia mencoba bunuh diri. Aneh, kebal, lho!!! Siletan demi siletan yang dalamn digoreskan di salah satu tangannya. Darah mengucur tapi hanya sedikit. Enggak jadi mati!

Tak tahan, ia pun nyerah! Ia putuskan untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan segalanya sendiri! Mana si abang? Dia tak tahu dan sibuk dengan orang lain lagi. Sahabat saya pun enggan memberitahunya karena memang si abang tidak berubah. Lebih baik, ia bertahan sendiri.

Tapi, akhirnya, sahabat saya ini berterus terang. Tahu apa jawaban dari si abang dan keluarganya? Si abang belum siap nikah karena masih kuliah. Bahkan keluarganya pun menginjinkan mereka menikah tapi setelah sahabat saya ini selesai kuliah. Dan satu lagi, keluarganya hanya mengingatkan sahabat saya untuk menjaga baik-baik kandungannya dan minum jamu. Sudah itu, saja.

Memang, sih, si abang agak berubah jadi lebih perhatian. Tapi, itu juga enggak bertahan lama. Karena tidak yakin, sahabat saya ini sudah pasrah untuk merawat anak itu sendirian. Tak peduli nanti cemohan dan cacian dari orang lain. Namun, ia belum berani memberitahu keluarganya sendiri. Hanya keluarga si abang yang tahu.

Saya terbayang betapa beratnya hidup baginya. Gilaaaa, saya akan gila kalau menjadi dia. Saya akan ngumpet dan bertapa di gunung! Enggak mau muncul ke bumi, hidup di alam lain saja! Mungkin bertapa menjadi pengganti mbah Marijan bisa jadi saya pilih, hehehe...

Kembali lagi, ke cerita ini. Tekad sahabat saya sudah buleet banget! Enggak ada putus-putusnya untuk bertahan. Ternyata Tuhan berkata lain. Ia kecelakaan. Pendarahan pun terjadi. Edan!!! Pendarahan itu terjadi di toilet umum!!!

Setetes demi setetes darah keluar tanpa henti. Lagi-lagi enggak ada orang yang tahu. Bayangkan di tempat umum dia kesakitan sendirian, di toilet pula selama berjam-jam! Dia berusaha kuat, tidak mau jadi pemberitaan konyol. Akhirnya, ia kuat, tertatih-tatih menjalankan hidup. Ia simpan sendiri!

Selama tiga hari, pendarahan terus terjadi. Sprei pun penuh darah. Lagi-lagi, ia harus mencuci sendiri supaya orang tuanya tak tahu. Sendiri dan semua sendiri! Pergi ke dokter juga begitu. Ughh, rumit! Saya tercengang! Oh, my God!

Sedih rasanya, kata dia kalau mengingat kejadian itu. Di saat ingin mempertahankan, Tuhan tak mengijinkan. Rasa bersalah apalagi dengan sang Ibu membuat ia menyesal yang mungkin memang telat untuk disesali. Ia tak punya keberanian sedikit pun untuk menceritakan masalahnya itu kepada ibu. Pada akhirnya, ia hanya SENDIRI dan SENDIRI!

Tanpa bermaksud menjelek-jelekan sahabat saya ini, saya hanya ingin berbagi kisah. Kisah yang membuat siapapun yang membacanya melek, jangan pernah terlalu sayang dengan orang lain kecuali keluarga dan sang Ibu tentunya. Beruntung, saya tidak terjerumus dalam kisah yang jauh lebih rumit seperti sahabat saya ini.

Saya bersyukur karena telah mendengar kisah ini. Bersyukur dalam-dalam berterima kasih lagi dan lagi untuk sahabat saya dan Tuhan yang menampar saya.

Saya dan sahabat telah memilih orang yang kami cintai tapi mereka tidak sebaliknya. Jadi, jika sesuatu terjadi dan itu mengecewakan jangan salahkan dia. Itu pilihan karena memilih orang yang seperti itu. Mereka tidak sepenuhnya salah karena kita yang telah memilih sudah tahu karakter awal mereka seperti apa. Terimalah jika para abang itu meninggalkan kekasihnya hanya untuk orang lain.

Mungkin, kita memang tak berharga di mata mereka. Tapi itu salah besar!!! Karena Tuhan selalu menciptakan manusia itu sebagai makhluk yang berharga hanya saja kita tak menyadarinya. Kita berada di lingkungan yang tak menghargai diri kita sendiri.

Sampai kapan pun jika kita berada di tempat seperti itu, kita akan tetap tak berharga! Saya yakin itu! Yah, bahagia itu pilihan.

Damaikan hati dan pikiran. Rasakan sendiri, apa yang bisa membuat kita bahagia jangan bohongi diri sendiri lagi sebab Anda bisa gila dan mati pelan-pelan karena pikiran sesak. Padahal dunia itu indah. Indah jika segala sesuatunya sejalan dan tepat.

Semoga yang cintanya buta dan berkacamata kuda bisa memahaminya. Terima kasih sahabatku...

Sabtu, 18 September 2010

Kisah Paru Dan Sayuran Yang Punya Satu Korban

Ini bukan menyangkut masalah kesehatan, lho. Bukan juga membahas tentang enaknya paru dan sayur mayur! Tapi, ini adalah pilihan makanan apa yang saya mau makan!

Siang itu, saya ngidam banget sama paru masakan Padang di seberang kantor. Sebelumnya, saya juga sudah janjian dengan beberapa teman kalo hari itu akan balik lagi ke rumah makan itu untuk menyantap paru.

Karena sehari sebelumnya, kami tidak berhasil melahap paru. Penyebabnya, kami datang terlalu awal dari jadwal makan siang. Alhasil masakan pun belum komplit!!!



Rencana itu hampir saja rusak! Pasalnya, salah seorang "rekan kerja" saya tiba-tiba setengah mendesak untuk makan bareng dia. Sementara, dia ngidam sayur! Saya ngidam paru! Anehnya, kok dia tetap, sih, mencari celah untuk ngikutin maunya dia itu!

No, no, no!!! Perut-perut saya! Lidah juga punya saya, masa dia yang ngidam saya disuruh ngikutin juga! Saya tetap bersikeras untuk makan paru! Yah, daripada enggak enak, sambil basa-basi, saya ajak aja dia makan di Padang. Masih mending ,lho, daripada saya kabur diem-diem ninggalian dia sendirian. Hehehe...

Niat saya ngajak beneran udah ada, lho. Tiba-tiba ada seorang teman menelpon. Karena enggak enak jawab di ruangan, saya bergegas ke ruang tangga darurat. Di situ saya bisa ngobrol sambil teriak-teriak, ketawa ngakak dan guling-guling (Lebay!)

Enggak terasa. udah hampir jam 12. Saya janjian jam 12 kurang 5, segeralah saya mengakhiri telepon. Dan uups, hampir saja saya ditinggal teman-teman ke resto Padang. Saya langsung mengambil uang dan berniat mengajak si "rekan kerja ini". Lho, bangkunya kosong???

Hehehe, saya beruntung! Mungkin dia memang beneran kebelet makan sayuran. Jadinya, dia yang ninggalin saya! Enggak masalah, kok. Akhirnya, dengan hati riang gembira, saya dan teman-teman menuju resto Padang.

Lagi enak-enaknya menyendokkan suapan pertama, bb saya bunyi! Plus dengan getaran-getaran yang saya pikir adalah URGENT! Hohoho, rupanya teman saya. Dia kirim bbm dengan nada memelas. Kira-kira seperti ini bunyinya,

"Nis, plis temenin gue makan di Ampera. Gw enggak mau berdua, pasti bakal garing, plis, Nis!"

Hihihi, rupanya si "rekan" saya itu mencari korban lain. Hohoho, dan teman saya enggak bisa nolak. Ya, ampun saya enggak bermaksud begitu , sih!

Akhirnya saya bilang, "Wah, maap, yah, tadi doi udah duluan pergi dan gw enggak mau nurutin dia makan sayuran di Ampera. Gw ngidam PARU!"

Temen saya bales lagi, "Yah, elah Nis, di Ampera kan juga ada paru! Ayo, dong! Tega banget deh, lo! Loe kabur moso gue yang dijadiin korban."


Selesai membaca, saya cekikikan. Sumpah, saya enggak bermaksud menjadikan teman saya itu korban! Hanya saja, kali ini, saya lebih beruntung! "Rekan" saya ini sudah ngabur duluan sebelum saya pergi resto Padang. Hehehe, apa boleh buat, saya berangkat dong, dengan teman-teman saya.

Yah, memang dasar saya juga enggak niat makan bareng "rekan kerja" ini jadi mau ada paru seenak apapun di Ampera, saya enggak tergoda! :p Kikikikikikik...



Nyam, nyam, puaaaaas banget siang itu makan paru! Hehehe, untuk teman saya, maafkanlah saya. Saya tidak bermaksud menjadikannya KORBAN! Lain kali, kita kabur bareng, yuk! Hihihi...

Dan semoga, di hari-hari berikutnya, saya bisa bebas menentukan makan siang saya tanpa harus selalu ada yang ngintil dan memaksa! Karena bebas itu asik euuy!

Maaf, lho kalo ada pihak-pihak yang tersinggung! MUdah-mudahan setelah membaca ini pihak-pihak yang terkait bisa memaklumi keadaan saya yang sudah bosan kemana-mana selalu diatur. Amiinnn... Hari itu saya PILIH PARU!!!! HOREEE!!!!

Kamis, 26 Agustus 2010

Modal Nekat Ke Pulau Dewata (4)


Huuft, tarik napas yang panjang, huaaah!Maaf penulisan perjalanan di Bali sempat terganggu sumpah itu bukan rekayasa, itu ungkapan kesedihan atas kejadian yang menimpa saya. Sekarang saya sudah sanggup untuk melanjutkan tulisan ini...

Yaah, bersama Anda dan Pak Ngurah kami menelusuri perjalanan ke Lovina. Kecepatan mobil saat tinggi padahal hujan tidak berhenti mengguyur. Perlahan rasa takut itu hilang karena Pak Ngurah terus berceloteh. Bawel sekali dia, tapi aseklah!

Jam 5 pagi kami sampai di Lovina. Oh my god, dingin! Hanya ada mobil kami saja, satu-satunya! Gelap semua, tidak terlihat pantai hanya debur ombak yang menggulung. Tiba-tiba, rombongan bule mulai berdatangan. Pasti mereka ingin melihat lumba-lumba juga!

Tepat pukul 6, para nelayan sudha siap dengan perahu yang akan membawa penumpang berkeliling mengejar-ngejar si lumba-lumba. Sempat, saya dan Anda mengurungkan niat! Habis mahal banget, 100 ribu perorang. Hmm...lirak lirik, akhirnya setuju dan berangkat!

Satu perahu itu hanya ada Saya, Anda, Si Nelayan, dan satu bule dari Rusia yang bisu (hahahah doi enggak mau diajak ngomong boo). Brrrr...ngeng...perahu berjalan menyusuri pantai pasir hitam. Celingak celinguk, saya dan Anda mencari lumba-lumba.

Di tengah laut, tiba-tiba saja kami melihat jukung (sebutan kapal nelayan) berkumpul dari berbagai arah! Waah ternyata penikmat lumba-lumba itu banyak dan berkepala pirang semua!!! No pribumi at all!!!

Sebenarnya, kalo dilihat-lihat lagi, pantai Lovina ini memang tidak seistimewa pantai yang ada di selatan pulau Bali. Ombaknya kecil, pasir hitam dan tidak keihatan sama sekali pemandangan di dalam air. Keruh, seperti air got! Tapi siapa sangka, makhluk cerdas itu tinggal di dalamnya, Si lumba-lumba Lovina.

Dan tak lama kemudian, Anda langsung berteriak, "Itu dia...aaaaaa...lumba-lumba..aaaaa." Benar-benar nih temen saya labil! Hahaha, walaupun begitu saya ikut teriak juga,lho. Habis jarang-jarang di kota lihat yang begini, segerombolan lumba-lumba muncul sambil melompat-lompat seolah-olah tahu kami adalah penonton yang haus pertunjukkan.

Begitu melihat sedikit saja badan lumba-lumba, semua jukung langsung mendekati arah itu. Entah ada berapa jukung! Mungkin lebih dari 20an, saling mengejar ke arah lumba-lumba. Makin lama lompatan itu makin tinggi, syuuut, byuuur! Perfect!!!! Lumba-lumba itu luar biasa dan manis.

Mamalia itu bak seorang artis ternama, semua kamera tertuju padanya. Termasuk kami, mengambil pose dari berbagai sudut sambil teriak kegirangan. Dan si Bule hanya bermuka datar, melihat tingkah laku kami yang agak norak. Hahaha, mungkin si bule ingin teriak juga cuma dia mupeng enggak ada temennya, wikiwkikiiki.

Sesekali, kami mendengar suara lumba-lumba itu berteriak, ciiiit...ciit. Selain melihat lumba-lumba, saya memperhatikan alam di pantai Lovina. Bisa dibilang indah! Tapi memang belum bisa mengalahkan pantai-pantai selatan di Bali.

Jejeran dataran hijau, berupa hutan dan bukit mengelilingi pantai yang hitam pekat. Simbol khas, patung Singaraja, patung lumba-lumba pun tampak dari tengah pantai. Aah, Bali memang luar biasa.

Saking luar biasanya, saya masih exited berada di jukung. Semakin matahari meninggi, aktifitas lumba-lumba mulai berkurang. Saya dan Anda mencoba sibuk sendiri di jukung dan terus berfoto. Saya pun nekat berdiri seperti pose Kate Winslet di film Titanic. Angin terus menerpa, menambah suasana makin mirip dengan film Titanic, hihihi. entah ratusan foto yang sudah kami buat yang jelas kami benar-benar dibuat larut oleh Lovina dan penghuninya, si lumba-lumba.

Lumba-lumba pun itu akhirnya tak terlihat lagi. Pas jam 8, kami menuju daratan untuk segera melanjutkan perjalanan. Puas juga keliling pantai selama 2 jam dengan tarif kurang lebih 100 ribu rupiah.

Wiiiw selamt tinggal Lovina, tujuan kami selanjutnya adalah Bedugul. Karena waktunya mepet, kami tidak sempat sarapan. Hanya membeli beberapa snack di indomart dan menghabiskannya di mobil.

Daerah utara Bali ini penuh dengan bukit dan jalan terjal, berkelok. Seram tapi indah! Dan, sering berkabut. Lama-kelamaan pun hujan! Yak, hujan deras, sempat membuat kami putus asa. Mungkin enggak, yah, melihat Danau Bedugul. Huuft, kali ini kami belum seberuntung saat ke Lovina, kabut tebal turun dan hujan di Bedugul. Batal sudah kami ke sana.

Dengan sedikit rasa kecewa, kami memutuskan untuk bermain ke Water Sport, Tanjung Benoa (hehe sebenarnya, saya sih, yang lebih pengen!) Huaa, langsung terngiang-ngiang, bermain apa itu namanya, tiduran di atas pelampung bebrbentuk ikan pari lalu terbang di atas pantai, melayang selama beberapa saat! Seruuuuu!!!!!

Sayang seribu sayang, partner saya enggak berani ikutan! Jadilah saya putuskan untuk mencoba sendiri! Ya sudahlah mau diapain lagi, inilah yang saya idam-idamkan jika saya ke Bali. Dan saya tidak mau melewatkan itu.

Setengah ngeri dan deg-degan, takut kenapa-kenapa, saya pasrah sajalah. Yang penting bisa terbang kayak yang saya lihat di tipi-tipi, hahahaha. Jadi, pulang-pulang, saya enggak norak lagi dan bisa berbagi cerita seru!

Wuiiih, ternyata sereeeem juga, lho! Kalau saja, saya tidak kuat memegang tali pengaman, byuuur saya langsung nyemplung ke laut! Jantung ser-ser-an!!! Si mas mas alay gaya pantai itu ketawa ketiwi cekikikan, melihat saya tegang. Aah, bodo amat yang penting have fun!

Terus apa yang dilakukan si Anda? Haduuh, dia memang doyan dipermalukan! Moso, dia teriak-teriak di tengah pantai sambil memanggil nama saya berulang kali. Seolah-olah saya ini korban yang lagi kelelep di tengah pantai. Padahal saya lagi melayang di udara di ketinggian 15 meter kira-kira! Hahaha...

Petualangan masih belum berhenti, nih. Karena saya dapat harga murah untuk dua kali naik, maka jadilah saya naek pelampung berbentuk donat. Yang ini benar-benar menyiksa! Ogah aah naik lagi! Seperti dibanting lalu dihempas!!! Andai saja saya tidak kuat memegang pegangan di donat itu, hmm saya yakin terlempar ke dalam laut biru di Tanjung Benoa, hiiiii.

Selasa, 24 Agustus 2010

Modal Nekat Ke Pulau Dewata (3)

Wuaaah, tertunda sekian bulan lamanya! Saya berjanji untuk melanjutkan kisah selama di Bali! Dan Baru sekarang terwujud!!! (mudah-mudahan kelar hehehe)

Yak, singkat kata, hari kedua jam 2 lebih shubuh-shubuh saya dan Anda sudah mulai melek. Bahkan si Bunga pun ikut-ikutan membangunkan kami. Takut kebablasan, katanya. Seradak seruduk, pas jam 3.15 shubuh, kami selesai berbenah.

Sambil menunggu si supir GAOOLL, Pak Ngurah, kami agak cemas. Menit demi menit terlewati, si bapak ini tak kunjung datang. Wah, jam 3.30, barulah kelihatan wujudnya! Benar-benar Bali. Hahaha, Bunga pun dengan tenang melepas kepergian kami yang sangat lebay itu! Pagi buta ke Lovina cuma mau liat lumba-lumba pamer badan dan loncat-loncatan.

Baru 5 menit berjalan, byuuur, hujan deras!!! Alamak, pagi buta, gelap gulita, menembus hutan belantara diiringi hentakan keras hujan, benar-benar seperti dalam adegan menghadapi peperangan.

Mulailah berimajinasi, kalo tiba-tiba saja ada perampok, mencegat! Aaargh, habislah sudah hidup kami di Bali. Uuups, itu hanya khayalan!

Perjalanan.....(tiba-tiba saya terhenti menulis..sesuatu membuat saya menangis!!!)
Aaarghh...teman-temanku dan temannya..terlalu sayang sampai reaksinya pun pro dan kontra...dan ini lagi-lagi tentang Bali....

Saya terharu...sekaligus mikir, apakah saya akan juga sebegitu diperhatikan mereka jika saya pergi?

Sudahlah...saya tidak bisa melanjutkan kata-kata lagi....Semoga teman saya itu selamat dan membawa hasil yang baik dari Bali dan untuk teman-teman yang lain semog abisa menerima kepergiannya dengan ikhlas...dan mendoakan yang terbaik... aminnn

Minggu, 27 Juni 2010

Modal Nekat Ke Pulau Dewata (2)



Hari itu, tersenyum-senyum, sambi membayangkan hamparan pantai yang lebih dari indah! Lagi-lagi, bayangan indah itu harus terganggu. Kali ini, babe saya yang membuat pikiran ini tidak konsen, kacau malah!

Si babe jam 5 pagi telpon, sebelum saya berangkat. "Pesawat jam berapa? Banyak-banyak baca doa yah, bapak mimpi kamu digigit buaya!," kata babe penuh rasa cemas. Waduuh!!! "Akankah saya mati di Bali?" Pertanyaan itu yang pertama muncul setelah menutup telepon. Husssh, langsung saya buang jauh-jauh pikiran busuk itu. Semoga itu hanyalah mimpi, sebatas bunga tidur. Mungkin babe saya kala itu lupa baca doa, jampe-jampenya kurang pol dan enggak kayak biasanya, :p.

Kegelisahan pun mulai menghampiri. Kita bertiga janjian di Damri Blok M jam 11. Jarum jam sudah memperlihatkann tepat pukul 12 siang teng! Si gadis labil, Bunga, belum tampak juga! Ngek ngok...

Ggggr, deg-degan. Pesawat jam 14.10 harus cek in minimal jam 12.50, kalau enggak, kita harus beli tiket baru. No, no, no, jangan sampe kejadian. Solusinya? Tinggalkan si Bunga alias ngebiarin dia nyusul dan saya sama Anda berangkat duluan ngejar check-in. Mimipi babe saya sedikit teringat lagi. Huuhuhu, apakah ini pertanda sesuatu?

Nah, ada lagi nih, yang bikin jantung kebat-kebit. Check-in di Air Asia harus pake KTP! Padahal tiket itu namanya bukan atas nama kita. Sebenarnya saya, sih, biasa aja, asal belaga santai dan cool, toh, kita juga megang KTP asli yang namanya tertera di tiket. Temen saya ini,loh, yang grogi abis, si Suranda. Pucet maksimal. (Hihihi, usut punya usut ternyata dia baru pertama kali naik pesawat makanya grogi).

Sambil bergaya sok cool, saya langsung check-in! Tidak lupa saya bilang, mba temen saya masih di jalan, yah. Tiba-tiba si mbak petugas nanya, " Temen kamu yang namanya siapa?" Toeng!!! Saya mikirnya agak lama. Hehehe sambil ingat-ingat nama yang tertera di KTP! Hufft untung saja berhasil, saya sebut nama Fransisca Maya (KTP yang dipegang Bunga) hahaha. Alhamdulillah lolos, yipiiiiieee!!!

Asal tahu aja, nih, yang namanya Fransisca di KTP itu bermata sipit sedangkan Bunga matanya Bali banget, gede ajah! Kulit Bunga juga coklat hitam, nah, si pemilik KTP itu putih banget. Tapi lolos-lolos aja, alhamdulillah. Kalo diinget lucu juga!

Tapi, masih deg-degan nih, nunggu si Bunga. Dan, weiits jam 1 lewat sekian datanglah dia. Lengkaplah kita bertiga mengawal perjalanan fantastis dan sadistis ini walaupun sebenernya saya masih terngiang-ngiang mimpi babe.

Perjalanan pun dimulai, mulut saya komat-kamit baca doa. Semoga selamat sampai tujuan (hehehe doa yang standar) sementara itu si Anda kalo enggak punya malu, dia teriak saking takutnya. Huufh, untunglah saya dan Bunga tidak jadi dibuat malu dengan pengalaman pertamanya naik pesawat.

Dan akhirnya, sampai juga di Bali. Asyiiiiik!!! Bunga dijemput sang kakak, saya dan Anda enggak mau menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Kami berpisah dan pergi ke Discovery Mall. Tujuannya, mau lihat sunset,sayang, keburu gelap. Dan tampaknya, Anda kecewa dengan pantai Kuta. Katanya, kok jelek, yah? Bagusan pantai Anyer. Yah, begitulah Kuta. Terlalu biasa dan mungkin terlalu populer sampai keindahannya itu hanya sebuah cerita (buat saya sih begitu!)

Nah, lebih asyik, nih foto-foto di sekitar Discovery Mall. Menjelang malam, pemandangannya cantik. Permainan lampu-lampu sorot itu mengalahkan keindahan pantai Kuta. Memang pas rasanya, bersantap malam sambil menikmati view di malam hari ditemani suara ombak. Hehehe, tapi kami milih makan di Solaria di lantai 2. (Gubrak, jauh-jauh ke Bali makan di Solaria :p)

Solaria yang ini beda, lho! Dari sini saya bisa lihat pemandangan di luar. Cantik dan apik! Langsung saja, saya pesen makanan yang berbau seafood. Hmm, cuminya benar-benar lembut. Sekali gigit, langsung bersahabat dengan gigi. Ditambah lagi bumbunya renyah dan gurih, sama sekali enggak menyisakan bau amis. Mantab, deh!

Setelah kenyang, kami lanjutkan pengembaraan ini untuk keliling Kuta dengan berjalan kaki. Kami hanya berjalan sesuai kata hati. Dan tiba-tiba saja kami sudah muncul di Hard Rock Hotel Bali. Lumayan, deh pegel! Makanya istirahat dulu sejenak.

Nah, dari sini kami mulai bingung. Kemana yah? Patokan yang dikasih tahu Bunga adalah Ground Zero. Yah, sudah, jalan saja mengikuti arah sambil tanya sana-sini. Eh, kami lihat di sepanjang itu ada gang kecil, Gang Poppies. Beloklah ke arah sana. Wah, rupanya gang ini penuh dengan orang jualan pernak-pernik Bali. Dari topi, baju, sampe asesoris, lengkap! Tapi, sedikit ganjen, nih, orang-orangnya! Ada yang nawarin saya digendong malah! "Hei, adek kecil, capek, yah? Sini abang gendong," kata si penjual ke saya (mentang-mentang saya kayak anak sekolahan). Bodo aah!

Lanjutkan perjalanan. Nah, semakin ramai saja, ini gang! Wuiiih, padat merayap, kanan kiri penuh toko bahkan rental mobil! Tentu saja bule-bule yang mondar-mandir, naik mobil, motor, adapula yang telanjang dada bawa alat surfing! Wah, suasana ini terlalu padat dan sumpek buat kami. Di Jakarta banyak yang model begini!

Ujung jalan ini tak kunjung terlihat sampai kami mulai putus asa. Ada di mana kami? Sambil terus berjalan, mencoba berharap ada ujung atau jalan raya karena kami memutuskan untuk pulang saja ke rumah Bunga di Denpasar. Nah, tiba-tiba kami sampai ke jalan raya dan melihat Ground Zero! Wah, luar biasa! Sejenak berfoto-foto dan memperhatikan beberapa orang lokal yang mmulai sok kenal sok dekat dengan bule-bule. Aaarghh, sungguh aneh percakapannya, "Hei mister, nice body, yah!". Duh, ileh si mas alay ini! Tapi, hiburan juga sih. Hahaha.

Hari pertama pun selesai, kami pulang naek taksi Blue Bird (satu-satunya taksi yang berani kami tumpangi di Bali)! Begitu sampai, langsung basa-basi dikit sama keluarganya Bunga. Hahaha, kocak juga keluarganya! Apalagi kakaknya, ternyata tahu daerah Ciledug, tempat saya tinggal. Malahan dia kenalan sama cewe yang sekolah di SMU Budi Mulia, oh, oh, mungkinkah ini tanda-tanda labil juga? Hehehe.

Tidak banyak lagi yang kami lakukan selain bergegas tidur karena hari kedua, perjalanan dimulai jam 3 pagi! Huaaa, dahsyat! Mau kemana, yah?

Rabu, 16 Juni 2010

Modal Nekat Sampai di Pulau Dewata


"Pikirkan apa yang kamu mau, alam semesta akan menarik pilihanmu dan menjadi nyata, seperti hukum tarik-menarik!" Nah, kata-kata inilah yang pernah saya baca dan akhirnya benar-benar terbukti. Saya alami sendiri!!! Berlibur di pulau Dewata.

Bukan sulap dan bukan sihir, hehehe, saya sampai tidak percaya! Melancong ke Bali dengan uang hasil keringat sendiri, memang sudah saya rencanakan sejak akhir tahun 2009. Mimpi itu terus saya pelihara hingga akhirnya Tuhan memeluknya menjadi sebuah kejutan yang indah. 31 Mei 2010 hingga 3 Juni 2010, saya, Anda, dan Bunga pergi meninggalkan Jakarta.

Memang benar, semakin besar mimpi kita, semakin besar pula tantangannya! Karena itu juga saya beri judul "Modal Nekat Sampai di Pulau Dewata". Ajakan yang menggoda itu datang dari Anda. Malam-malam, ia memohon dengan penuh harap supaya saya ikut menggantikan Iboy. Duh! Entah kenapa, saya mengiyakan! Kerja belum genap setahun, jatah cuti pun belum ada, bagaimana mungkin? Ah, tapi saya nekat! Rasanya seperti ada bisikan setan yang menyerupai malaikat untuk tetap mencoba!!!

Keesokannya, saya sudah mempersiapkan sejuta alasan supaya diijinkan, hehehe. Ada yang bilang, "Udah ijin ajah, ada sodara yang kawinan di Bali!". Nah masalahnya, saya enggak punya bakat keturunan Bali, keturunan Jawa tulen!!! Mana percaya, yah? Hahahaha.

Belum sempat, saya mengeluarkan kata-kata, undangan mampir ke meja kerja. Oh, NO!!! Training tanggal 2-3 Juni 2010!!! Lemas, lunglai, hancur!Langsung saya beritahukan ke Anda. Sepertinya, saya seperti memberikan tamparan buatnya! Hahahaha...Selesai sudah...mimpi itu.

Akhirnya, saya curhat sama 'editor'. Saya dapet tiket murah Air Asia, 300 ribu PP buat ke Bali. Sambil tak berharap apa-apa lagi. Jegeeeer!!! Saya seperti disambar petir! Tiba-tiba dia bersedia menggantikan saya training dan membiarkan saya bercengkrama dengan mimpi indah itu lagi. Tanpa ragu lagi, saya telepon tuh, teman saya yang baru saja saya 'tampar', hehehe. Bukan main, dia sungguh lebay, pakai acara nangis lagi di metro mini! Buseeet dah, malu Nda! Katanya, "Ah, biarin yang penting jadi ke Bali!"

Aaaah perjalanan panjang meraih Bali! Sampai akhirnya, kabar yang kurang menyenangkan datang lagi. Dabu enggak bisa ikut join! Huaa, Anda sangat amat kecewa tapi saya tetap enggak mau berhenti...Bali harus dituntaskan!!!!

Singkat cerita, Allah mengirimkan pengganti Dabu yang memang masih labil, Bunga. Hahaha, tapi berkat dia juga kita selamat di Bali. Hihihi, bisa numpang ngerepotin di rumahnya! Makasih ya, gadis labil yang suka lagu asal kampungnya, Nehi...Nehi...

Dan siang itu, hari Senin saya mulai lembaran menuju Bali!!! Berjalan muluskah? Ikuti kisah selanjutnya!!!! Hahahaha, berasa bikin film inih...

Kamis, 22 April 2010

Lenka , Anything I'm Not

Anything I'm Not lyrics

I will never be, I will never be tall, no
And I will never be, never ever be sure of it all
Oh, why is the world so cruel to me
When all, all I ever want to be is anything I'm not

Give me a break, a little escape
I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different
Anything I'm not
I'm not

I will never be, I will never be you, no
I will always be, I will always be me, that I know
But oh, even though I'm happy being me
I want to get away from all this harsh reality, oh

Gimme a break, a little escape
I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different
Anything I'm not

Yeah, gimme a break, a little escape
I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different
Anything I'm not
Anything I'm not
Oh, anything I'm not

Gimme a break, a little escape
I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different
Anything I'm not

Yeah, gimme a break, a little escape
I am so tired of being me
I wanna be free, I wanna be new and different
Anything I'm not
Anything I'm not
Anything I'm not
Anything I'm not
Anything I'm not

Lagu yang benar-benar inspiratif, kenapa juga enggak nyoba sesuatu yang baru!!!

Kamis, 25 Februari 2010

Start from here!

Sebuah hadiah ulang tahun untuk diri sendiri...

Singkat ajah, mengaku suka dengan dunia tulis menulis tapi enggak punya blog! Yak, itulah saya! Makanya, di hari ulang tahun yang tepatnya, sudah setengah abad saya hidup, BLOG inilah yang saya pilih sebagai hadiah istimewa...

yeaah, welcome to me!!!

Harapan? Enggak muluk-muluk! Mudah-mudahan blog ini enggak 'nyampah' tapi bisa mengolah 'sampah' jadi harta karun, entah itu berlian, permata, atau bisa jadi batu zamrud. Hehehehe, selamat menikmati, yah!