Akulah Si Sophis!

Sabtu, 31 Desember 2011

Sophis dan Cherry Belle :))

Ihiiiy...sesuatu banget, deh, akhir tahun 2011 ditutup dengan liputan spesial bersama gadis-gadis Korea made in Indonesia! Hehehe...itu, lho Girls Band yang lagi nge-hit banget, Cherry Belle!

Really...really love you...never-never leave you, maafkan aku mengecewakanmu... Tuh, kan jadi hapal liriknya!

Awalnya, saya sempat males-malesan mendapat tawaran untuk liputan girls band ini. Duh, mana demen saya yang seperti itu.

Tapi, setelah pikir-pikir, ternyata anak-anak di facebook Bobo banyak banget yang minta Cherry Belle dibuat profile! Jadilah, saya berangkat liputan bersama Dika, reporter Bobo dan Rio, si fotografer.

Selasa, 27 Desember 2011

Hai Sore!

Aku selalu suka sore hari!
Sinar mentari selalu hangat, tidak terlalu terik juga tidak gelap
Sore juga membuatku bersemangat mengakhiri tugasku
Dan setelah itu aku bisa kembali bersama keluarga

Makan malam, kasur empuk sudah memanggilku
Semakin kencang saat tiba di rumah
Ah, indahnya!

Senin, 26 Desember 2011

Kok, Enggak Ada Yang Kasih Selamat Hari Ibu?

Sudah berkali-kali Hari Ibu di Indonesia masih saja tidak membuat saya fanatik untuk merayakannya. Entah, yah, dari dulu memang ritual ini tidak pernah saya rayakan bersama ibu. Hehehe, saya hanya kepikiran kok ada perayaan khusus untuk Ibu hanya di hari itu, lalu kemana sisa-sisa hari yang lain?

Ibu saya juga enggak pernah komplain soal perayaan Hari Ibu. Jadi, terbiasalah saya melewatkan perayaan ini setiap tahunnya tanpa ucapan atau apapun untuk sang ibu.

Apalagi ada sebuah peristiwa yang bikin saya jadi keki sendiri. Pernah suatu hari, di Hari Ibu beberapa tahun yang lalu, pacar saya minta izin untuk memberikan ucapan selamat hari ibu kepada ibu saya via SMS.

Sabtu, 24 Desember 2011

Who I Am?

Bagian tulisan ini adalah hutang yang belum terbayarkan kepada Ibu Tiri, begitu panggilannya. Yah, saya ingat si ibu tiri atau Friska minta kepada teman-temannya untuk menuliskan kelebihan masing-masing, termasuk saya.

Okay, tanpa berbasa-basi lagi, inilah kelebihan saya;

Tekun dan Telaten

Pertama kali saya dengan penuh percaya diri mendeklarasikan kalau saya adalah orang yang tekun, rajin, sederhana dan apa adanya. Terbukti dengan pendapat-pendapat orang yang pernah jujur mengungkapkannya buat saya.

Kursus Template, Need it!

T_______T bermata jereng ples muter-muter saat membenahi Templates Blog saya yang enggak karuan. Bangun pagi, saya langsung ngubek-ngubek internet. Pencarian selama hampir 3 jam tidak juga membuahkan sebuah peluang.

Dari yang bersemangat, menggebu-gebu sampai akhirnya, lemes, mual, pengen muntah. saya juga menyederhanakan pencarian. Enggak mau template yang ribet-ribet karena kapok enggak bisa ngutak-ngatik kode XMLnya.

Ada beberapa yang sangat simpel sudah saya dapatkan, tapi giliran di download, eh, malah enggak bisa. Singkat kata EROR!

Four Days Being Princess in India

Alhamdulillah...huah, macam Syahrini aja, kata pembuka dari postingan ini, hehehe. Eh, tapi memang itu benar adanya, kok! Yup, alhamdulillah saya bisa melancong ke India dan kembali ke tanah air dengan selamat, utuh, tanpa ada satu goresan apapun! *hayah...lebay*

Sampai sekarang ini, saya masih enggak percaya, ngapain yah saya jauh-jauh nyasar ke India? Padahal negara ini, dulu tak pernah jadi tempat destinasi favorit untuk travelling. Banyak negara-negara lain yang mungkin bagi orang kebanyakan lebih safe, comfort dan lebih indah untuk dikunjungi. Tapi, ternyata tidak dengan saya!

Sejak punya duit sendiri, keinginan untuk travelling ke berbagai penjuru dunia semakin kuat. Tahun ini, Singapura untuk kedua kalinya sudah terlaksana. Lalu, setelah itu saya banyak membaca buku-buku travelling kelas ringan. Hmm, semakinlah menggebu-gebu keinginan itu.

Jumat, 23 Desember 2011

Blog Saya Berantakan!

Huaaaaa, sedih sekali melihat blog yang sudah lama ditinggal si pemilik. Saya pikir koneksi internet di kantor yang lemot jadi tampilan blog terlihat tidak sempurna. Tapi ternyata setelah kembali ke rumah dan buru-buru mengecek, hasilnya tidak berubah....

Segeralah, saya akan mencari template terbaru! Bisa jadi, jin penghuni blog ini ngambek gara-gara kelamaan ditinggal penulisnya...huaaaaaaaaa, hussssshhh...pergilah kau jin

Minggu, 23 Oktober 2011

Sophis Goes To India!

The stories began..

Gosh! Is it India or Singapore? Magic! I felt like I'm in Singapore. I've heard and read on internet that Indira Gandhi Airport is not good enough, too crowded, looks like in slum area and so much opinions in negative side. But, look what I've found!



When I went down from the airplane for the first time on terminal 3 Indira Gandhi International Airport, I really felt comfortable. They use carpet on the floor. The design is modern and believe me, it;s clean 100 percent include the toilet too!!!

First impression was fantastic! I walk away until I found the immigration on the ground floor. Wow, they built hand sculpture on the wall.

Rabu, 12 Oktober 2011

Thanks God!

I just wanna say, Thanks God, You Save Her!!!!!! Now, it's my turn! I hope...it will be sophisticated, unforgettable and beautiful moment that we ever had.... Thanks...My Lord...
Sumber foto; blogspot

Minggu, 09 Oktober 2011

Edisi Narsis!

Setelah tiga kali ganti template, akhirnya, jadi juga, nih, yang lumayan sesuai keinginan! Tapi masalahnya satu, hahahhaha, muka sang pemilik BukanJinBotol enggak bisa terpampang dan menggantikan muka yang ada di halaman Welcome To My Blog!!! Errrrr!



Mungkin ada yang bisa bantu, supaya muka saya terpampang dengan jelas di tempat itu? Hehe. Buat yang bisa membantu saya, Tuhan akan membalasnya sesuai dengan jasa yang sudah Anda korbankan buat saya atau mungkin yang belum dapet jodoh, dimudahkan jodohnya! Amin...

Ayo, bantulah saya!!!! Hahhahahahahahahaha

Edisi Curhat!

Huuuft...teman-teman saya sudah banyak yang menuntaskan masa lajang! Ini menggembirakan sekaligus bumerang dan ancaman buat saya. Upsss...bukan berarti saya juga ingin menyusul gara-gara mereka sudah lebih dulu menuju pelaminan. Bukan, bukan itu!

Menikah itu telah menjadi target di usia 25 tahun! Yup, sejak dulu bahkan waktu saya masih menjabat sebagai pelajar putih abu-abu. Keren, kan? Kecil-kecil udah mikirin nikah. Sayang, deadline itu sudah mundur setahun dan hampir dua tahun.



Setelah dipikir-pikir dan bertapa di sebuah tempat yang kedap udara *lebay*, bukannya nemu jawaban malah nemu pertanyaan lagi. Hahaha, enggak guna dong bertapa, yak?

Sesungguhnya, mungkin saya memang belum siap. Seharusnya, kalau menikah itu sudah menjadi bagian dari rencana hidup, perjuangan dan usaha saya harusnya berkali-kali ke arah sana.

Tapi, dua tahun ini saya tetap santai. Menunggu dan menunggu sampai rembulan berganti purnama balik lagi jadi sabit! Hasilnya begitu-begitu aja...gak berubah, statis. Tapi, sekarang ini, hasrat dan keinginan itu semakin membengkak!!!

Saya kelabakan kayak orang kebakaran jenggot! Itu pun karena mendapat undangan dadakan dari beberapa teman di bulan Oktober, September juga Desember. Stres??? Iya, bener, kusyut! Tapi, inilah bagian dari kesalahan diri sendiri yang harus dibenerin dan dilurusin.

Minggu, 31 Juli 2011

Membentak Pelayan!

Heyhooo...so long time, it's so long time, I didn't write on my blog! And now!!! It's time to starting...

Terima kasih sebelumnya buat teman-teman seperti, Punge, Meida dan Friska yang sudah mengingatkan untuk menulis kembali. Garing bener lihat blog ini yang sudah dipenuhi jin botol, hiiii.

Sekarang, si pengusir jin telah kembali, dengan cerita-cerita baru. Kali ini, saya mau bercerita tentang perlakuan costumer terhadap seorang pelayan.

Kemarin, Sabtu (30/7/2011), saya dan keluarga si ndut jalan-jalan ke Pim. Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang aneh di dalam perut, seperti orang kelaperan. Ini aneh, karena sebelumnya saya sudah menghabiskan beberapa porsi makananan di sebuah restoran.

Senin, 06 Juni 2011

Proses Pertemuan dengan Jarjit

Salam...Acha...Acha...Nehi...Nehi

Yah, bagi yang sudah membaca sebelumnya tentu masih ingat, kalau di keluarga saya ada orang baru, yaitu om Jarjit. Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang pertemuan yang menjodohkan tante saya dengan Om Jarjit.

Tante saya yang satu ini memang sudah berumur. Yah, seharusnya di usia seperti ini, kalau ia sudah berkeluarga mungkin anaknya sudah duduk di kelas 4, 5 atau 6 SD. Entah kenapa, pada akhirnya baru sekarang menikah dan menurut saya inilah pernikahan yang penuh sensasi, sederhana, dan seperti kilat!

Keputusan mengejutkan itu akhirnya datang menjelang akhir Mei 2011. Tiba-tiba saja, tante saya menghadap ibu untuk mengutarakan keinginannya, MENIKAH. Tak ada yang aneh, dong, kalau perempuan menikah? Betul, tapi yang mengejutkan, bagaimana ia mendapatkan jodoh itu dan seperti apa rupanya yang ia sendiri belum pernah lihat.

Jumat, 03 Juni 2011

Welcome to Jarjit!!!

Eheeem...uhuk...uhuk

Duh, saya pusing! Saya kualat! Eymmm, bagaimana, yah, saya harus memulainya? Okey, jadi begini saudara-saudara. Memang benar sepertinya pepatah yang mangatakan semakin sering kita mengejek orang itu, semakin dekat pula kita dengan orang itu.

Yah, semenjak dari Bali dan cerita dari bos teman saya, Meida, istilah Jarjit semakin marak di kalangan kami. Apalagi kalau bukan membicarakan orang India. Hehehe, istilah ini saya ambil dari tokoh kartun yang ada di film Upin & Ipin, yaitu Jarjit. Sejak itu, kata-kata Jarjit selalu kami gunakan.

Mmm, pandangan saya tentang orang India memang lebih banyak sisi minus. Pandangan itu kian bertambah kuat setelah mendengar cerita dari Meida. Aduh, kebayang enggak, sih, kalau Jarjit itu pelitnya tingkat dewa. Masa, untuk anaknya yang masih orok enggak mau beliin ember khusus untuk mandi. Malah, anak itu dimandikan di bak cuci piring. Yassalam...

Yah, pokoknya, intinya, Jarjit yang saya tahu begitu.

Enggak lama, saya dapat berita mengejutkan!!!

Rabu, 01 Juni 2011

Tidur Manis

Secerca cahaya masuk
Aku diam tak bergerak
Tak mau kulihat cahaya itu
Sinar itu akan mengantar pada sebuah jalan

Tapi aku menunduk
Kepalaku tak mengadah

Sedikitpun urat-urat ini tak bergeser
Patah terus tertunduk



Semakin lama semakin tertunduk
Hingga akhirnya aku tak tahu
Tak mampu lagi meraih cahaya itu

Aku telah memilih untuk diam
Dan tidur manis dengan selimut kegelapan
yang mengantarku pada sebuah jalan buntu
Selamat datang, Wahai Malaikat Izrail....

Kamis, 19 Mei 2011

Semut Breakdance

Tak mau kalah dengan manusia, semut pun bisa menari. Malahan, ia menari dengan satu kaki, mirip adegan breakdance !

Kejadian unik ini berhasil terekam oleh seorang kamera fotografer asal Indonesia, Robertus Agung Sudiatmoko.

Dalam foto tarian semut itu, semut terlihat mengangkat lima kakinya dan menopang tubuhnya hanya dengan satu kaki.

Dengan kaki belakang yang diangkat tinggi, semut itu bisa bertahan dengan satu kaki selama 30 detik.



Kalau saja ada ajang pencarian bakat serangga, semut ini bakal jadi sang juara, hehehe.

Sang fotografer benar-benar terkesan mendapatkan foto itu.

Ia sempat putus asa karena sudah menunggu lama tapi si semut belum mengeluarkan pose unik. Ditambah lagi, hujan tak kunjung berhenti.

Eh, setelah ditunggu-tunggu, tiba-tiba saja semut itu mengangkat kakinya dan menunjukkan pose breakdance.

"Saya sendiri tak pernah breakdance, tetapi tiba-tiba saya teringat itu," kata Robertus yang dikutip dari Daily Mail .

Selain foto semut menari, Robertus juga memotret semut yang tengah berusaha memakan daun yang ukurannya 10 kali tingginya.



Ada pula semut yang berada di permukaan tanah dengan cahaya matahari menyorotnya, membuat pose menyembah dengan dua kaki depan dilipat, seperti sedang berdoa.

Jenis semut yang dipotret Robertus adalah semut api. Coba saja mengganggunya, wah, kamu akan mendapat serangan balik yang menyakitkan. (Annisa/Kidnesia/Kompas/Daily Mail)

Foto by: Robertus Agung Sudiatmoko
Artikel ini juga ditulis di Kidnesia.com

Selasa, 10 Mei 2011

My Heart Is In My Earth

Wow! Satu kata itulah yang ada di benak saya ketika melihat seorang anak kelas 4 SD membuat kalimat seperti judul di atas. Untaian kata-kata itu tentu menjadi biasa jika keluar dari mulut orang dewasa. Yah, sekali lagi, wow!

Hmm, rasanya waktu SD, saya belum mampu menciptakan kalimat-kalimat ajaib seperti yang ditulis oleh Arvy, siswa kelas 4 SD Bakti Mulya 400, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tapi, itulah fakta yang saya lihat sewaktu liputan pagi hari di sekolahnya.



Tadinya, saya mengira liputan ini paling-paling tentang hanya seminar biasa dan tidak ada kegiatan yang spesial. Oh, ternyata saya salah. Saya dibuat kagum oleh anak-anak ini.

Sekitar jam 8 pagi, anak-anak itu sudah berkumpul di lapangan. Wajah-wajah innocent terlihat jelas tak sabar untuk memulai aktifitas.

Saya perhatikan lagi satu persatu-satu. Beda memang, sekolah swasta bonafit dengan sekolah inpres. Tak terlihat raut wajah kusut, sedih, plonga-plongo seperti kurang gizi. Mereka sungguh percaya diri.

Mmm, kalau SD inpres? Biasanya mereka terlihat malu-malu atau cengengesan dengan seragam tak beraturan. Hehehe, maklum dulu saya juga di sekolah inpres. Jadi, tahu betul seperti apa suasananya. Memang, tidak semua sd inpres begitu, tetapi kebanyakan, lho.

Balik lagi ke liputan!

Kegiatan pertama dari workshop ini diawali dengan proses membuat daur ulang dari kertas. Anak-anak itu akan diajarkan bagaimana cara membuat kertas daur ulang. Mereka pun dibuat dalam beberapa kelompok.



Mulai dari proses penghancuran kertas. Huaah, dari sini saja, tingkah laku mereka sudah mulai mengundang tawa. Beberapa perwakilan dari kelompok diperintahkan maju ke depan untuk berlomba-lomba merobek kertas koran.

Arvy, menjadi perwakilan salah satu kelompok. Bukannya terus merobek kertas koran menjadi bagian terkecil, ia justru bingung! Hahaha, rupanya ia tak bisa merobek jadi kecil. Sementara teman-temannya sudah sigap merobek kertas koran kecil-kecil. Ada-ada saja, ni, si Arvy!

Bertemu Kembaran! (Again si muka pasaran?)

Aiih, memang beneran muka pasaran, yah! Masa, saya melihat seorang anak perempuan yang mukanya persis dengan saya. Ekspresinya melas, melow, dan pendiam.



Saya coba dekati anak itu. Namanya, Calista. Hmm, dia tak bersuara. Saya coba dekati lagi. Hehehe, dia hanya bicara satu, dua kata, sepertinya malu-malu. Dia asyik mewarnai bahan daur ulang tanpa berani menatap mata saya.

Mungkin dia merasa seperti melihat dirinya di masa depan kali, yah, begitu melihat muka saya? Hahaha.

Kata Ridho Aku Mirip Vampire!

Berbeda dengan anak-anak lain yang begitu antusias mengikuti kegiatan, Ridho justru terlihat seperti orang linglung.

Mata saya langsung tertuju padanya! Dia terlihat sayu. Kasihan sekali dia! Tatapan matanya kosong ketika si mentor memberi arahan untuk memberi cat berwarna di kertas daur ulang. Tidak tahu apa yang ditangkap olehnya. Yang jelas, ia bingung dan bengong.

Saya coba menghampirinya. Wah, cat warna yang dia punya masih utuh, kelihatannya baru dibeli. Dia tidak tahu menggunakannya. Padahal, teman-temannya sudah asyik menghiasi dengan berbagai warna.

Pelan-pelan, saya ajarkan ia untuk menggunakan cat warna itu. Mulai dari melubangi tempatnya agar cat keluar dan memberi cat itu sedikit air agar bisa digunakan. Syukurlah, ia mulai bisa.

Mmmm, saya curiga dengan anak ini. Ada yang aneh sepertinya. Begitu sangat penasaran, saya tanya dengan si Ibu guru Bahasa Inggris.

O, pantaslah, dia terlihat pendiam. Rupanya, Ridho menghabiskan masa sekolahnya di Singapura. Ia kesulitan berbahasa Indonesia. Makanya terlihat pendiam.

Ia pun anak yang sangat manja. Beberapa kali saya amati, ia suka memeluk gurunya seperti memeluk ibunya.



Eh, tiba-tiba saja, si Ridho berkata dengan salah satu guru, "Bu guru, aku takut!"
"Takut kenapa?" jawab bu guru
"Takut sama orang itu," sambil menunjuk ke saya. Dalam hati saya,"Sial gue berasa setan ditakutin."

"Kenapa?" tanya bu guru lagi.
"Orang itu serem, ada taringnya, kayak vampire!" ujar si Rhio yang disambut tawa oleh gurunya dan juga saya.

Beneran, deh, imajinasi Ridho lebaaay. Waduh, jelas-jelas gigi saya normal, berbehel pun enggak sama sekali. Masa muka melow begini dibilang vampire? Hehehe, ah, perasaan dia saja kali, yah, kalau melihat orang baru. "Tante baik, lho sayang,"

Huuuft, sebenarnya saya miris, sih, dibilang vampire! Ahahaha, apa boleh buat namanya juga anak-anak. Saya pun langsung tertawa dan mencoba bersikap manis. Pura-pura cool padahal gondok, hahaha.

Oh, iya satu lagi, si Ridho bukan anak yang bodoh, lho. Saat mengikuti kegiatan di dalam kelas dan disuruh menuliskan kalimat tentang bumi, dia baru menyukainya. Dia membuat gambar yang bagus untuk mengungkapkan apa yang terekam dalam imajinasinya.

Ternyata, ia kurang minat dengan kegiatan daur ulang dan mewarnai. Ia lebih suka menggambar!

Ridho, tante bukan vampire, lho, tante peri baik hati, kok!

Arvy Si Aktif!

Senang dan gemas, deh, kalau melihat anak-anak yang komunikatif dan enggak malu-malu saat diwawancara. Ini, dia, salah satunya, Arvy. Kepalanya bulat, rambutnya pun hanya sekitar tiga senti meter panjangnya. Putih, menarik, tubuhnya gendut dan sekel.

"Hai, Arvy, kamu mau nulis apa?" tanyaku pada bocah ini.
"Save the world, kak! Sama ditambahin gambar, aah," jawabnya sambil mencoret-coret post it.

Saya masih terus memperhatikan anak ini. Tak lama, ibu guru menyuruh anak-anak mengumpulkan hasil tulisan dan gambar murid-muridnya di papan kelas. Karya yang dibuat di post it itu ditempel dan akan dibuat tulisan Save The World.

"Wah, tulisannya masih kurang banyak, ayo kalian buat lagi, yah di post it," ujar bu guru.

Tiba-tiba saja, Arvy bertanya,"Kak, bikin tulisan apalagi, nih, bingung?"
Aku pun menjawabnya,"Ini, aja, Pohonku sayang pohonku malang, jangan tebang ia."



Arvy terdiam. "Ah, ini aja, kak, My heart is my earth," kata Arvy sambil tersenyum.
"Waaah, keren, bagus banget!" Kata saya yang tiba-tiba saja kaget dan menganga.

Saya berikan contoh kalimat bahasa Indonesia, eh tiba-tiba, dia bikin kalimat bahasa Inggris dengan perpaduan bunyi yang benar-benar pas! Hanya dengan kalimat yang sederhana tapi mengena.

Kamu hebat Arvy!

Ih, Ada Kembaran Punge!

Rasanya, kok seperti melihat masa kecil, yah? Tadi saya melihat diri sendiri. Sekarang saya melihat muka kecil teman saya, Punge.

Sayangnya, saya lupa namanya! Bocah ini teman sebangku Arvy. Dia juga bisa dibilang anak yang percaya diri. Deuh, persis, yah, seperti si Punge!



Tapi, bedanya, anak ini narsis! Sadar kamera, lho. Coba saja lihat fotonya, dia duduk bersama Arvy.

Sementara si Arvy serius menulis, begitu ada kamera si kembarang Punge ini langsung menoleh ke kamera! Sambil memasang wajah si manis mungkin. Manis tak tergugat, kalau boleh dibilang. Hahaha...

Kalau dilihat dari fisik, bocah ini benar-benar menggambarkan Punge waktu kecil. Hehe, agak sotoy, sih, saya. Iya, enggak, sih, nge?



Ciri khas Punge yang enggak boleh terlupakan, SIPIT MUTLAK!!! Nah, sama banget dengan bocah ini. Mungkin, mereka sama-sama dari Sumatera? Aha, enggak, dong, si kembaran Punge nasibnya lebih keren. Dia keturunan Jepang makanya agak sipit. Kalau Punge? Asli pribumilah enggak ada sama sekali keturunan luar. Adanya, LUAR Jawa alias Sumatera!

Dibalik kejadian-kejadian lucu tadi, saya jadi ingat tentang liputan ke sekolah-sekoalh SD. Ada saja kejadian yang bikin saya jadi ketawa, geli sendiri, ah yang jelas enggak membosankan.

Saya pun bersyukur dengan pekerjaan ini karena saya bisa melihat dunia lain yang isinya bisa mewarnai hari-hari dengan cerita lucu.

Meskipun harus bangun pagi buta untuk liputan SD, tapi kalau kita bersemangat dan punya energi positif pasti akan banyak kejadian positif yang akan kita alami.

Hasilnya? Pekerjaan menyenangkan hati dan pikiran, pulang membawa hasil yang memuaskan!



Foto by: Pidie

Senin, 09 Mei 2011

Pak Haji Dari Italia

Bola!!! Nih, salah satu kegiatan olahraga dan tayangan televisi yang tidak pernah saya mengerti. Buat saya, kegiatan yang mengharuskan pemain memasukkan bola ke dalam gawang ini agak aneh. Orang-orang berebut memasukkan bola, lalu setelah itu mereka teriak kegirangan.

Wah, ternyata, saya tidak bisa tidak tahu tentang sepak bola. Masalahnya, sebagai reporter segala informasi harus diserap dengan baik. Yah, salah satunya yang tidak saya suka, sepak bola.

Hmm, dua kali saya liputan sepak bola. Pertama, ketika Franco Baressi datang ke Indonesia di tahun 2010. Baru-baru ini, Danielle Massaro dari Italia. Saya masih berpikir, "Saya harus bersyukur merasa beruntung meliput pemain bola yang sudah tua ini atau saya merasa terjebak atas ketidaktahuan saya tentang bola?"

Ah, namanya juga reporter, mau enggak mau harus tahu! Berangkatlah saya hari itu penuh semangat. Pagi-pagi jam delapan saya sudah meluncur ke lokasi. Wow, ternyata acara sudah mulai. Edan, kalau bintang tamu luar yang datang pasti para wartawan ini juga ikutan ontime!

Yah, saya menunggu sang fotografer yang belum datang juga. Selang beberapa menit, akhirnya datang juga dia!

Celingukan beneran, nih! Mau tanya apalagi, yah, sama sang pemain ini. Saya mencoba hal-hal lain yang bisa membuat saya bersemangat lagi. Wuihh, bener saja. Si Massaro ini didampingi oleh pria berjas dan beberapa wanita.


"Ya Allah, mimpi apa saya ketemu Pak Haji bule?"

Tidak jelas siapa pria berjas hitam itu. Tapi, kalau wanitanya ada yang bertugas sebagai penerjemah. Hehehe, ganteng sekali pria berjasi hitam. Bener, kan, ada juga yang bisa mengusir rasa bosan.La Italiano, la gantengnyoo, Naujubiloooo...

Perhatian saya kembali tertuju pada Massaro. Pria ini mungkin ganteng di masa mudanya. Rambut keriting dan yah, seperti pemain bola kebanyakan bertubuh cukup tinggi, badan tidak terlalu besar.

Para penggemar klub Milan yang disebut Milanisti pun berebut menghampiri. Ada yang minta tanda tangan di baju, foto berdua, enggak ada habis-habisnya kalau tidak distop.

Berhubung kedatangan si Massaro ini untuk melihat seleksi Milan Junior Camp 2011 yang terdiri dari anak usia 10-16 tahun, maka si bintang bola pun dikenalkan dengan anak-anak.

Pertama saya diam. Lama-kelamaan, saya merasa ada yang janggal. Hahaha, anak-anak itu satu persatu salaman dan mencium tangan Massaro. Mereka seperti ketemu Pak Haji atau guru di sekolah. Wakakakak, Pak Haji dari Italia, ini, mah!


"Astaga tangan aye, dicium!"

Ada yang membuat saya tertawa lagi, Massaro hendak memberikan salaman, eh tahu-tahu malah dicium tangannya oleh anak-anak. Jadi, salah tingkah, kan.

Kejadian ini pun berulang saat pengumuman pemenang yang lolos seleksi. Widih, setelah memberikan piala, tangan Massaro kembali dicium oleh anak-anak. Alamaaak! Kocak! Mungkin bagi orang Indonesia ini adalah hal yang wajar.


"Baek-baek, yee, lu padee di Milan," kata si Pak Haji.

Buat Massaro? Suatu penghormatan yang mungkin berkesan selama ada di Indonesia dan selama itulah ia menjadi Pak Haji, hihihi.

Foto by: Riomanadona

Minggu, 24 April 2011

Belanja 10 Jam!

Pagi, Tanjong Pagar!

Petualangan hari kedua di Singapura segera dimulai. Matahari ramah sekali. Seakan tahu kami siap menghabiskan semua yang kami punya untuk berbelanja.

Little India menjadi sasaran awal kami. Sebenarnya, ada tujuan khusus di daerah kekuasaan jarjit(sebutan untuk orang India buat saya). Sebuah titipan teman saya, Bom-bom yang amat sangat merindukan DVD Smack Down!

Gleek, teman-teman saya langsung mengerutkan keningnya. Hehehe, agak enggak penting, yah? Yah, namanya titipan!



Saya cari DVD itu sampai pusing berputar-putar dan memotret jejeran DVD Smackdown. Ups, akhirnya, dapat juga setelah hampir 2 jam.

Eh, teman-teman saya menghilang! Ahaha, pasti mereka sudah bosan menunggu. Benar, Sekar yang baru saja sembuh dari sakit langsung duduk bersama Anggi di Cafe Mustafa menikmati sarapan.

Sementara itu, Shanti masih betah di dalam rupanya. Ia mencari perlengkapan make-up. Selesai sudah misi hari itu di Mustafa centre, Little India. Kami beranjak menuju Orchard.

Sekar pun sembuh melihat Orchard!

Setiap orang yang datang ke Singapura tentu tidak akan melewatkan lokasi yang dianggap sebagai surga belanja dunia.

Buat mereka (wisatawan mancanegara) mungkin begitu, buat saya tidak juga! Karena tak jauh beda dengan pergi ke Mal seperti halnya di Jakarta.

Beda lagi buat Sekar. Orchar, inilah tempat untuk menyembuhkan sakit kepala dan tenggorokan yang baru saja didera sebelum ke Singapura, hehehe. Piss, yo, Mba Kar!

Wuiiih, saya takjub melihat Sekar! Dia langsung gesit mencari tempat-tempat yang sudah menjadi incarannya. Diikuti dengan Shanti terus melenggang memasuki Ion Orchard.

Sementara saya dan Anggi, masih mikir dan melihat-lihat sekeliling. Mencari-cari apa yang bisa dibeli buat oleh-oleh.

Nah, akhirnya saya menjumpai toko yang bernama Rubi! Kalau di Jakarta, toko ini sama dengan The Little Things She Needs. Desain dan barang benar-benar mirip.

Beruntung sekali hari itu ada diskon besar-besaran. Saya dan Anggi memutuskan untuk membeli sepatu seharga 3 sing=50 ribu rupiah saja.

Setelah puas mengubek-ubek, kami menuju Sefora, tempat penjualan kosmetik rekomendasinya Mba Kar.

Tempat ini mengingatkan saya seperti Sogo namun yang dijual kebanyakan kosmetik, produk dari ujung kaki sampai rambut semua ada. Soal harga? Hmm, yah, relatif, ada yang murah ada yang mahal.

Yang membuat Sefora menarik perhatian saya adalah desainnya yang moderen dicampur gaya klassik. Benar-benar mengundang mata tertarik untuk mencicipi produknya. Ya, ya, mereka memang pandai mengemas produknya.

Hari itu masih siang, tapi kami sudah merasa pegal-pegal. Apalagi saya, kaki terasa kaku. Kami pun beranjak keluar dari Ion dan membeli es krim keluaran Walls yang dibuat dalam bentuk roti.

Sambil duduk-duduk di bawah pohon, kami memperhatikan kegiatan orang-orang yang berlalu lalang. Ramai!!! Karena hari itu hari Minggu. Lagi, lagi, mulut ini tak bisa direm. Hehehe, banyak orang memadu kasih.



Di Singapura, sepertinya memang sudah biasa menjalin cinta dengan orang-orang asing. Banyak orang melayu dengan jarjit, lalu Cina dengan bule dan perpaduan lainnya.

Iseng-iseng, kami memperhatikan sepasang kekasih yang kelihatannya si Jarjit dan orang Melayu.

Aduhai, masih siang tapi gerakan tangan cowok ini begitu lincah. Peluk sana, peluk sini sampai mendarat di bagian depan kekasihnya. Hahaha, kami tertawa terpingkal-pingkal sambil berseru, "Eaaaa, eaaaaaa."

Setelah lelah tertawa, perjalanan dilanjutkan mencari titipan Buku Bola dari orang kantor Sekar.

Saya dan Anggi selalu tertinggal jauh saat Sekar dan Shanti melangkah sepanjang Orchard. Gileee, kaki kami serasa mau patah. Tapi, kami kagum dan heran melihat dua anak ini yang masih semangat milenium!

Bahkan, rasanya, Sekar sudah sembuh begitu tiba di Orchard! Hahaha...Kebayang tadi, mukanya pucat di Mustafa Centre. Rupanya obat mujarab adalah Orchard. Hihihi...



Oiya, tugas saya di Orchard masih tersisa satu. Saya mencari, lagi-lagi titipan sebuah krim pijet Paint Muscle Cream! Dari hari pertama saya keliling toko obat, Watson, sampai Century enggak nemu. Wah, ternyata, ada di Guardian.

Hehehe, sempat kepikiran untuk mencoba krim ini di apartemen biar kaki pegal kami terobati.

Siaaal, ternyata krimnya disegel. Hahaha, ya sudah, akhirnya, saya beli saja cairan Yoko-yoko yang biasa dibeli bokap kalau ke Singapura. Lumayan, loh, buat pegal-pegal.

Eh, selain krim titipan punya saya, ada yang lebih ajaib lagi, nih, titipan Shanti, krim oil dari Egypt. Entah seperti apa itu bentuknya. Di semua toko obat tidak ada yang menjualnya!!! Ajaib-ajaib memang titipan kita.

Bugis Street

Wah, akhirnya kami pergi menuju tempat yang paling diinginkan Anggi, Bugis Street. Nah, di sini saya juga memanfaatkan untuk membeli tempelan kulkas titipan ibu.



Enggak beda jauh dengan Orchard, tempat ini pun dipenuhi orang-orang yang melampiaskan keinginannya untuk berbelanja.

Yang berbeda dengan Orchard, Bugis Street seperti Blok M. Barang-barang yang dijual terbilang murah dan bisa ditawar. Hmm, tapi model pun hampir sama dengan kelas ITC di Jakarta.

Sedikit tips berbelanja di Bugis, jangan ragu untuk berkeliling terlebih dahulu. Semakin ke dalam, semakin murah harganya.



Saya pun membeli suvenir korek api 3 buah dengan harga 7 sing. Padahal, di bagian depan dekat pintu masuk, harga korek api satu buah 3 sing. Beruntung, bukan?

Queen's Town, Here We Go!

Memang, kami berempat punya tempat tujuan masing-masing yang wajib dikunjungi. Untungnya kami punya rasa toleransi yang tinggi, hehehe jadi keempat keinginan kami pun terpenuhi.

Nah, sekarang adalah tempat tujuan yang didam-idamkan Shanti, IKEA! Tempat ini seperti Index Furniture atau ACE Hardware.

Apa yang dicari Shanti, yah? Ahahaha, lagi-lagi titipan saudaranya, handuk!



Kami memang selalu punya titipan yang ajaib-ajaib. Mulai dari DVD Smackdown, buku bola, krim Egypt sampai handuk.

Perjalanan hari itu benar-benar full time. Kira-kira jam 10 malam kami sampai di Apartemen.

Hehehe, rencana hangout malam pun tinggal impian. Lelah dan kaku kedua kami hingga tak sanggup melanjutkan ke Ice Bar yang ada di Selangor.

Yang ada, kami berbalut koyo di sekujur tubuh plus olesan cairan pengurang pegal yang sudah saya beli, Yoko-yoko.



Aha, lumayan membantu sedikit. Kami sibuk menggunting koyo agar semuanya kebagian sama rata.

Tak kuasa menahan letih, kami pun menutup mata. Tak sabar menunggu hari esok ke Universal Studio.

Sabtu, 23 April 2011

Hello Singapore!

Lama tidak menulis blog, kangen dan rindu layaknya merindukan kekasih. Hehehe...

Banyak sekali tulisan yang mau saya tuangkan. Cerita tentang liburan bersama Genk Galau, keluarga dan masih banyak lagi.

Tapi, kali ini, saya akan mulai dengan berbagi cerita liburan di Singapore, 2-5 April 2011. It was awesome!

Sudah dari setahun yang lalu, saya berangan-angan ke Universal Studio Singapore. Akhirnya, kesempatan itu datang juga!

Tentunya berbekal tiket murah dari Tiger Airways dan Air Asia. Plus, bujuk rayuan dari setan-setan kecil yang tak lain adalah Genk Galau, Shanti dan Anggi. Hehehe...



Hari keberangkatan pun tiba. Tepat Hari Sabtu, saya berangkat sendiri dari Jakarta. Shanti, Anggi dan Sekar menyusul malam harinya.

Hmm, saya deg-degan, bukan karena pertama kalinya ke Singapura tapi karena sendirian terbang. Duh, campur aduk, antara senang dan parno!

Saya juga parno kalau berhadapan dengan imigrasi terutama kalau sendirian. Enggak tahu, kenapa! Mau tidak mau saya harus berani. Dan wuussshh, jadilah terbang sendirian.

Perjalanan selama satu setengah jam menuju Singapura. Saya sibuk mengambil foto. Tergoda juga untuk pesan makanan. Eh, batal gara-gara menunya mengandung pork semua, lagipula pramugari itu melewatkan saya begitu saja tanpa bertanya mau pesan atau tidak.

Tak terasa, sampailah di Singapura tepatnya di Terminal Budget, Changi Airport bukan di Terminal Internasional yang terkenal dengan keindahan bunga-bunga anggrek bewarna ungu.

Terminal Budget memang dikhususkan untuk penerbangan murah meriah dan terpencil dari terminal internasional yang lebih kece itu. Tapi tempatnya enggak murahan, kok, kira-kira mirip Terminal 3 Soekarno-Hatta hanya saja lebih kecil.



Tanpa pikir panjang, saya ingin cepat-cepat menuju Apartemen di Tanjong Pagar. Tapi, kok, enggak ada tanda-tanda MRT, yah?

Ow, rupanya, saya harus naik bis (fider bus) menuju terminal 2, supaya saya bisa naik MRT.

Benar-benar kagum melihat Singapura. Transportasi begitu sangat diperhatikan meski dari terminal khusus penerbangan murah sekalipun.

Terakhir saya ke negeri singa tahun 2007 dan ketika saya kembali tidak banyak yang berubah. Tetap bersih, rapih, teratur. Membuat saya betah!

Apartemen Super Canggih

Dari bandara menuju Tanjong Pagar butuh waktu kira-kira 45 menit. Untung saya dibekali kartu EZ link oleh ibu, jadi tak usah repot-repot membeli tiket MRT.

Setelah duduk manis di MRT, saya langsung mencoba mengaktifkan IM3. Wow, berhasil! Tapi, sayang, pulsa sms ke Jakarta mahal banget, 4 ribu sekali kirim dan pulsa untuk aktifasi bb tidak bisa dipakai.

Begitu sampai di Tanjong Pagar, saya langsung ikuti petunjuk jalan menuju apartemen. Letaknya persis di dalam International Plaza lantai 47.

Wah, enggak percaya, bisa juga travelling sendirian. Saya pun berdiri tepat di kamar yang Anggi telah booking.

Si enci pemilik apartemen segera memberi petunjuk lewat sms. Untuk bisa masuk ke kamar saya harus menekan tombol rahasia yang ada di pintu. Begitu tutup tombol dibuka langsung keluar perintah memasukkan kode.

Keren banget, yak, walaupun apartemennya kelihatan sederhana seperti rumah susun tetep pengamannya pakai tombol. Mungkin kalau di Indnesia sudah tinggal nama, nih, alat.

Begitu dimasukkan kode, pintu tidak mau terbuka! Astagfiruloh, jangan-jangan ke blokir, nih! Mati, deh!

Saya pun panik sambil menekan berulang-ulang kodenya. Tetap tidak berhasil.

Wah, saya sms si enci juga enggak ada balesan. Ahh, jangan-jangan si Anggi ditipu. Ah, sekujur tubuh lemas. Saya duduk kayak orang bego di depan pintu.

Setengah jam kemudian, hape saya bunyi pertanda ada sms. Aaah, si enci minta digetok, deh. Rupanya, dia yang salah kasih kode. Gggrr. Cepat-cepat, saya masukkan kode baru dan yeaay, berhasil.

Saya langsung menuju kamar. Wah, lumayan, kok. Kamarnya bersih, ada AC, dan TV. Satu ruang apartemen ini terdiri dari 4 kamar, satu kamar mandi luar, sebuah dapur yang dilengkapi dengan makanan camilan, free, lho.

Penjual Lebay

Setelah beristirahat sejenak, saya bergegas menuju Lucky Plaza yang ada di daerah Orchard. Hanya dua stasiun atau 15 menit dari Tanjong Pagar. Langsung saya mencari simcard rekomendasi dari Sekar yang judulnya Starhub!

Resah memang kalau BB enggak aktif. Akhirnya, saya beli sekaligus 4 kartu. Harganya masing-masing 25 sing. Untuk mengaktifkan bb selama tiga hari pulsa yang dipakai 15 sing dan sisanya, 10 sing bisa dipakai untuk pulsa sms atau telepon.

1, 2, 3 ting, horeey bb pun aktif. Sambil menunggu simcard yang lain, saya ngobrol dengan penjual yang kelihatannya orang melayu tapi berbicara dalam Bahasa Inggris.

Dia bertanya,"Where do you live?"
Saya jawab,"Ow, in Tanjong Pagar, Intenational Apartement."

"Wats???? Oh, My God!!! Gosh! It's so far, you know," kata si penjual dengan penuh kaget.

Saya pun heran,"Heh??? So far? Its only 15 minute by MRT, you know." Hehehe saya balikin lagi.

"Hei, you can buy simcard Singtel in Tanjong Pagar but there's no Starhub." kata penjual sambil terheran-heran.

"That's way I go to here!" jawab saya cepat.

Hahaha, dalam hati saya mau tertawa ngakak. Lebay, sungguh lebay si penjual.

Gileeee, cuma 15 menit saja dibilang jauh, apa kabar kalau si penjual ini hidup di Jakarta. Bisa mati berdiri dia melihat kemacetan.



Setelah urusan simcard selesai, saya menuju tempat favorit buat makan, lantai dasar Lucky Plaza. Keroncongan bukan main ini perut. Bayangin saja, karena stres mau pergi sendiri, dari pagi saya enggak sempet sarapan.

Mata pun langsung tertuju pada makanan Indonesia. Ayam goreng crispy plus nasi uduk dan sambal, eunaaak tenan! Yah, kalau di Jakarta bisa dapat 10 ribu, di tempat ini kira-kira 5 sing = 35 ribu.

Setelah puas makan, saya segera membeli titipan Ibu, bodyspray Victoria Secreet. Mmm, sudah enggak semurah dulu, yah. Tapi, saya dapat harga yang paling murah yaitu, 18 sing. Langsung saja saya beli 3 botol, hehehe.

Sudah hampir jam 9 malam, saya putuskan kembali ke apartemen. Ini rasanya seperti bukan jam 9 malam. Ramai sekali di Orchard malam minggu. Mereka seperti tak punnya tempat hiburan selain mengunjungi tempat belanja. Kasihan...

Tas saya hilang????? Koper saya di mana????

Serem juga sendirian sampai apartemen. Tidak ada penghuni lain, selain saya. Saya langsung lari ke kamar. Ya, ampuuuuun!!!! Kamar saya terbuka! Sprei berantakan, koper saya raib!

Aah, mau pingsan. Cenat-cenut rasanya. Harta benda yang ada di koper cukup penting. Charger kamera, handycam, aaah. Jangan-jangan perampoknya masih ada di dalam apartemen.




Saya masuk ke kamar satu persatu. Sial, ada kamar yang dikunci. Saya buka lagi kamar yang dipojok kanan. Ah, terbuka! Betapa kagetnya saya. Oh, tidak, itu dia koper saya.



Hahaha, ternyata saya salah kamar. Si enci memindahkan koper saya ke kamar yang benar. Lebih luas, bersih, dan ada kamar mandinya. Yihaa, saya pun berseri-seri lagi. Konyol sekali!



Hampir jam setengah sebelas malam tapi rombongan belum datang juga. Bunyi MRT sampai terdengar ke kamar. Horor! Enggak ada siapa-siapa. Saya putuskan untuk menunggu mereka di bawah, persis di pintu keluar stasiun MRT.

Aaah, lega, akhirnya mereka datang juga! Ahaaa, heboh, deh. Saya sambut kedatangan mereka dengan handycam.

Kelakuan narsis pun langsung terekam. Hehehe, kalau yang ini memang susah dikendalikan. Kami putuskan malam itu tidak hang-out.

Tanjong Pagar ini terasa amat sepi. Meski banyak gedung-gedung bertingkat, tapi jauh dari keramaian seperti di Orchard. Beruntunglah kami ada di sini. Kalau tidak, pasti kami akan kelayapan sampai pagi.



Hari itu pun berakhir di McD. Kami tertegun melihat McD yang penuh dengan remaja-remaja dan orang kantoran.

Mereka bukan sekedar kongkow! Remaja-remaja itu sepertinya mahasiswa dan mereka sibuk belajar. Buku-buku bertaburan di meja. Ada yang sibuk mencatat, menulis, komat-kamit menghapal materi.

Hari itu adalah weekend, di mana orang-orang bersantai tapi di Singapura tidak juga begitu. Orang-orang kantoran pun seperti terlibat dalam meeting serius. Hanya, kami orang Indonesia yang sibuk ketawa-ketiwi sambil memperhatikan perilaku mereka.

Hehehe, tak ketinggalan kami pun tetap bergosip melihat penampilan mereka yang memang mirip alay kalau di Indonesia.

Rambut dicat warna-warni dengan belahan ala Justin Bieber. Bedanya, mereka putih dan terlihat terdidik. Nah, kalau di Indonesia? Simpulkan saja sendiri, wwkwkwkwkwkw.

Begitulah malam pertama di Tanjong Pagar. Masiha ada tiga hari lagi untuk menikmati Singapura. Tunggu cerita selanjutnya, di hari kedua, yah!

Senin, 28 Maret 2011

Akhirnya Ada yang Kritik!

Beberapa hari yang lalu saya masukkan sebuah tulisan di blog dan di facebook berjudul Si Muka Penasaran. Motivasinya satu, mau tahu pendapat teman-teman saya tentang tulisan saya itu.

Awalnya, saya agak ragu untuk membuat copy-an tulisan itu di notw dan meng-tag ke beberapa teman. Kenapa? Karena saya tahu tulisan itu agak narsis, hehehe. Tapi setelah dipikir-pikir kenapa musti ragu-ragu, toh ini juga menjadi bagian penilaian buat saya. Perkara nanti ada yang remove dan enggak suka, ya, sudah terima saja, kan orang bebas berpendapat.

Dan satu persatu, saya mulai meng-tag note itu di facebook. Deg-degan! Perlahan-lahan komentar masuk satu persatu. Alhamdulillah positif, hampir semuanya merasa terhibur. Tenanglah hati saya saat itu.

Beberapa hari kemudian, masih saja komentar berdatangan dan ada seseorang yang tidak saya tag, ikut berkomentar.

Jreng! Kaget!!!!! Saya pun bengong baca komentarnya, akhirnya ada juga yang enggak suka dengan tulisan saya. Wow! Sejenak saya kecewa, eits tapi saya langsung sadar. Hak dia untuk berpendapat, bukan?

Mungkin yang membuat saya kaget karena komentar itu datangnya dari orang yang saya kenal. Seandainya saya tidak kenal pasti saya biasa saja.

Lucu juga kalau dipikir-pikir, wong dia enggak saya tag, eh dia merasa terganggu. Hahaha, maaf, lho, tapi sebenarnya saya sudah memperingatkan di awal bacaan, bakal mual kalau baca tulisan berjudul Si Muka Penasaran.

Rupanya dia tetap penasaran! Hahaha, yah, sekarang saya sudah merasa lega. Setidaknya dia ikutan penasaran dengan tulisan itu. Terima kasih atas kritik dan kepeduliannya. Salam peace and gaul, yah!

Kamis, 24 Maret 2011

Si Muka Pasaran

Wohooo, sebelum kalian memutuskan untuk membaca tulisan saya yang satu ini, siapkan kantung plastik! Lho, kenapa? Hehehe, bisa saja setelah membaca, kalian muntah, enek, atau pusing, mual-mual. Berani mencoba???

Tulisan kali ini memang terlihat agak menjijikkan, tapi saya sering sekali mengalaminya! Dan berkali-kali!!!

Kadang saya suka geli sendiri. Karena itu saya putuskan untuk menuangkannya di blog tercinta ini. Berbagi rasa geli dan jijik buat kalian semua, hehehe. Siapa tahu dibalik jijik itu bisa menyumbang tawa :p.

Penyanyi cilik Errina

Setelah dipikir-pikir, muka saya ini pasaran kali, ya? Berkali-kali orang selalu dejavu melihat wajah saya yang lonjong dan agak tirus.

Kisah pertama dimulai dari ibu saya sendiri. Dulu, sewaktu zaman SD, saya nge-fans berat sama penyanyi cilik, salah satunya, Errina GD! Hayo, ada yang inget enggak? Karena begitu nge-fansnya saya sempat dibelikan kaset oleh ibu.



Sampai suatu hari, ibu saya berkata,"Eh, kamu kok mirip Errina GD, ya? Tinggal digemukin aja dikit!". Wakakakak, saya cuma kege-eran sambil cengar-cengir sendiri. Lebih tepatnya, bangga, sih! Hueek!

Nah, saking nge-fansnya, saya ikutan, lho, kirim surat ke Errina, minta tanda tangan plus fotonya! Yah, rasanya enggak mungkin dibales, sih. Kan, saat itu dia lagi ngetop banget.

Tak disangka tak diduga!!! Sekitar 8 bulan kemudian, saya girang meloncat-loncat! Surat saya dibalas Errina plus foto dan tanda tangannya. Saya pun pamer sama Ibu sambil memperlihatkan kartu pos bergambar wajah Errina GD. Yihaaa!!! Makinlah, saya pede kalau saya mirip dengannya.

Itu masih kisah awal, lho, masih mau baca? Atau sudah enek? Baca, aja, deh! Hehehe. Nanggung kalau enggak dilanjutin. Yuk, selanjutnya!

Sarmila

Lagi-lagi, ibu saya yang jeli menangkap kemiripan di wajah saya ini dengan para selebriti.

Ini mungkin efek karena beliau demen banget nonton sinetron! Padahal, ibu saya ini orang kantoran, lho bukan ibu-ibu rumah tangga. Pekerjaan enggak jaminan, yah, buat dapet lebel penyuka sinetron?

Dulu, sinetron di SCTV berjudul Sarmila yang diperankan oleh Hemalia Putri bener-bener lagi booming.



Sekedar mengingatkan, Sarmila itu sinetron tentang kehidupan wanita betawi. Nah, dia jodohin sama bapaknya buat nikah sama orang kaya. Yang jadi si bapak adalah Jaja Miharja dan ibunya, Camelia Malik. Hahaha, ternyata saya hafal juga!

Karena ibu saya penonton setia, dia pun hafal dengan wajah Sarmila. Eh, tahu-tahu, nyeletuk, lagi, "Wah, kamu lama-lama mirip Sarmila alias Hemalia Putri. Cuma sayang aja, hidungnya enggak mancung."

Wah, saya pun heran. Bisa-bisanya, ibu kepikiran saya mirip Hemalia Putri si Sarmila. Menurut saya, sih, yang mirip matanya doang, sama-sama sayu! Nah, kalau menurut kalian???

Saya adalah salah satu pemeran AADC?

Nah, pasti kalian enggak terima, nih, kalau judulnya begitu! Bukan saya yang ngomong, lho. Saya juga baru tahu dari senior waktu kuliah D3!

Jadi, waktu itu, selama 2 minggu mahasiswa baru (maba) wajib latihan teater. Latihannya, malam-malam di parkiran motor sambil gelap-gelapan. Mungkin biar enggak malu.

Saya semangat banget! Soalnya, bisa ikutan akting, hehehe. Tiba-tiba saya disuruh adegan jadi cewe yang diperkosa.

Aah, sayang, yang jadi pelaku enggak oke! Walaupun dia jago akting sih, cuma agak lebay! Untung enggak ada adegan buka baju. (dia mantannya temen saya, tuh, maap, yah!) Bagian yang ini sesungguhnya enggak penting saya tulis, cuma buat selingan :p.



Saya pun akting dengan maksimal. Hasilnya? Memuaskan, dong, walaupun akhirnya adegan itu dibatalin dan enggak jadi pemeran utama, hahahaha.

Tapi, ada lagi, nih, yang bikin saya senyam-senyum sendiri. Sehabis latihan seorang senior menghampiri saya. "Eh, Nis, kok, loe mirip Ladya Cherryl, yah? Beneran mirip!" kata si senior saya.

Gubraaaak (dalem hati sih ge-er, hehehe). Lalu, saya stay cool," Ah, masa, sih? Yah, kebetulan kali." Langsung, deh, saya malam itu ketawa-ketawa sendiri.

Sebenarnya saya langsung sadar diri dan berpikir keras kenapa dibilang mirip artis itu. Jangan-jangan dibilang mirip Ladya Cherryl gara-gara si senior melihat saya dalam kegelapan. Huahahahhahaahahahaha.

Nah, baru-baru ini saya berhasil ketemu Ladya Cherryl di depan muka. Tentu saja, ini karena liputan. Langsung, dong, ingat dengan kata senior yang dibilang mirip itu. Saya pun tak menyia-nyiakan foto bareng. Habis itu, saya nyesel, yah, kok, keliatan banget yah, mana yang terawat, kinclong dan tidak??? Ya, enggak, sih?

Catatan Si Boy

Mirip sama pemeran Onky Alexander? Oo bukan dong! Kali ini, supir taksi yang kocak mulai ngelawak. Jadi, waktu itu saya pulang malam naik taksi. Di perjalanan, Pak Supir ini ngoceh melulu, untung ocehannya enggak garing.

Si Pak supir tiba-tiba nanya umur saya berapa. Karena saya ingin tahu muka saya tuir atau enggak, saya minta dia menebak. Hehehe, kata Pak Supir saya kayak masih 19 tahun. Senangnya!!!

Eh, tiba-tiba dia nyeletuk, "Eh, mbak kok mirip Paramitha Rusadi, ya?" Gubraaak! Jadi muka saya muda tapi jadul, begitu Pak? Saya pun ngakak enggak karuan.


Pemeran AADC lagi!!!

Nah, lho, kok AADC lagi? Kalau ini yang versi sinetron. Waktu itu, saya pergi ke kantin Kampus Esa Unggul. Tujuannya, apalagi kalau bukan makan! Mata saya langsung tertuju ke Warung Mpok Diah.

Sambil basa-basi, saya pesan makanan dan ngobrol sebentar sama Mpok Diah. Eh dia ngeliatin saya serius,"Mba, mirip Ririn yang main sinetron!".



Saya bereaksi,"Haa? Ririn Dwi Aryanti?"
"Iya, yang main sinetron itu, lho," kata Mpok Diah.

Gileee, banyak benar selebritis yang mukanya mirip saya, yah? Hehehe, makasi, yah, Mpok Diah! Mungkin saya cocok jadi kembarannya Ririn.

Bak Super Model!

Iih, sebelum saya tulis lebih jauh, pasti kalian enggak terima kalau saya dibilang mirip sama model cantik ini. Saya yakin kalian akan mencaci maki, hahaha. Yah, boleh-boleh saja yang penting, kan, yang pertama kali bilang mirip bukan saya, wekekekek.

Oh, iya, kalau sudah enggak tahan boleh berhenti sampai di sini, loh, bacanya. Hahaha... Yang masih mau, ayoo, lanjut!

Seperti biasa, setelah liputan, saya mentrasfer foto-foto ke laptop. Saat lagi memandangi si cantik, saya kurang puas dengan fotonya.

Akhirnya, saya ke tempat teman saya yang notebene adalah seorang fotografer dan sama-sama mengambil gambar si cantik.

Wah, hasil jepretan sang fotografer memang lebih pas. Kami pun sama-sama melihat si cantik dan memujinya. "Cantik bener, nih, orang!" kata saya.



"Eh, Nis, nih, yang foto ini, si Mariana, mirip lu, yak?" kata si fotografer. Belum sempat saya tertawa, eh dia ngomong lagi,"Dari samping doang, lho, itu juga dikit, jangan ge-er dulu!" balasnya.

Siaaal, belum juga saya terbang dia sudah menimpal begitu, hehehe. Saya tambahin,"Berarti gue ada bakat, kan cantik, walaupun dari samping, belum ke asah aja, wekekekek!"

Si fotografer itu pun menyesal dengan ucapannya. Hahaha, bodo amat, yang penting dia ngomong duluan MIRIP MARIANA RENATA walaupun dari samping, wikikiki.

Kesimpulannya saya mirip...

Akhirnya, tiba juga di penghujung tulisan. Sudah mual dan enek? Hehehe... Sebenarnya, masih ada lagi, nih, beberapa artis yang dimirip-miripkan saya. Tapi, yang yang terakhir ini saya mirip dengan artis sinetron yang saya pun tak tahu siapa.


Ini, nih, Mariana tampak depan

Kira-kira seminggu yang lalu, saya ke salon mau potong rambut. Waktu rambut saya diblow, si mbak ini nanya sambil senyum-senyum, "Mba, habis syuting, yah? Sering syuting film sinetron?"

"HAAA??? Tahu dari mana, mbak?" kata saya seolah-olah kaget dia tahu saya habis syuting hahaha.

"Yah, pokoknya, sering syuting, kan?" tanya si mbak itu lagi sambil meyakinkan saya. Aduh, beneran saya enggak tahan pengen ketawa.

"Enggak, mba, salah orang. Mirip, kali. Emang muka saya pasaran, yah?" tanya saya polos.

Si mbak ini masih ragu-ragu dengan jawaban saya. Selanjutnya, dia berusaha meyakinkan temannya yang ada di resepsionis kalau saya bukan artis. Tapi, rupanya teman-teman dia yang di resepsionis malah tambah enggak percaya sambil cekikikan.

Saya coba tanya, mirip siapa, eh dia malah senyam senyum terus bilang,"Yah, pokoknya sering main sinetron." Ada-ada saja.

Begitulah sekelumit kisah yang pernah saya alami, bermuka pasaran ala selebriti. Memang begitulah adanya, walaupun muka saya pasaran, saya bersyukur karena disejajarkan dengan artis-artis ternama. Hahahahahhahaha......


Yang ini baru asli foto saya! Mirip siapakah?

Oh, iya, silahkan dilihat-lihat fotonya, adakah yang mirip? Kalau enggak yah berarti kesalahan ada pada orang yang menyebut saya mirip, bukan salah muka saya! Hehehe...

Jumat, 11 Maret 2011

It's Amazing 26th!

Begitu cepatnya waktu berlalu
Tak sempat aku bangun dari tidur, waktu sudah berlari

Perlahan ku buka mata yang lengket ini
Aih, aku ingin menutupnya kembali

Semua masih sama
Dia masih ada!Tak ada yang berubah
Entah aku yang bodoh atau apalah namanya

Pelarianku pun tak kunjung bertambah
Entah terlalu takut melangkah atau diam adalah pilihanku sendiri
Mungkin Tuhan bingung melihat hambanya yang tak pernah bisa menapak bumi

Maju satu langkah, mundur satu langkah
Tak ubahnya seperti undur-undur
Aah, kuputuskan untuk tak mengingat hari jadi
Sebab aku pun tak tau kemana arahnya

Tapi, ternyata aku keliru
Mataku terlalu rapat dan basah untuk melihatnya
Aku tak melihat ada cahaya kunang-kunang yang datang bergantian

Sebuah kejutan manis untukku
Sebuah lilin dan sekotak kecil kue tar bermandikan cokelat datang menghampiri
Mereka ada, mereka nyata!!! Mereka merayakannya!
Tiba-tiba mataku terbelalak
Yah, aku merasa lebih hidup!!! Ini adalah kehidupanku yang baru!
Aku punya harapan, aku tak boleh terus menerus di kayangan dan berangan
Mereka mencintaiku...

Yang jelas, aku tak seburuk yang aku pikirikan
Mereka menilaiku dengan baik, kenapa aku harus pasrah melipat mimpiku?
It's amazing 26th! Thank you to all of people who wake me up on 26th!

Minggu, 09 Januari 2011

2011 Is An Execution Year!

Tak terasa tak berujung, 2011 telah datang! Sudah 9 hari berjalan dari awal tahun 2011. Tentu sebagian atau mungkin kebanyakan orang akan merenung tentang apa saja yang sudah dilakukan dan belum dilakukan. Count me in! I'm one of them!

Meskipun tidak benar-benar saya tulis dan niatkan sepenuh hati, tiap tahun memang selalu ada keinginan. Tapi, untuk tahun ini, saya ingin berbeda. Saya ingin tulis dengan jelas mimpi-mimpi itu! Karena saya tak mau mengubur mimpi itu lagi.

Wahai alam semesta dengarkan dan peluk mimpi saya!

1. Goal S2 di luar negeri, Australia, London, Belanda, Amerika
2. TOEFL 600
3. Punya 12 cerpen minimal dalam setahun dan diterbitkan ke nulisbuku
4. Bisa bikin tulisan fiksi untuk Kidnesia.com
5. Punya teman atau koneksi wartawan lebih dari 10!
6. Segera dipertemukan dengan Future Husband!


Saya ingin bertemu dengan future husband yang takut sama ALLAH SWT, SETIA, HUMORIS, PENYAYANG, sayang sama keluarga saya juga!, romantis juga, deh! Terus bisa nemenin hasrat saya yang ambisius bisa backpack atau jalan-jalan keliling Indonesia atau ke luar negeri! Yihaaa...


7. Mau ikutan Operet Bobo! Jadi salah satu pemeran! Amien
8. Bikin video reporter untuk NOS! Salah satu misi biar bisa muncul di tipi.
9. Mau jadi anchor, presenter!
10. Jadi reporter beneran, punya banyak koneksi dengan PR pokoknya harus lebih dari 2010
11. Kalahkan Hantu Pipiyot dengan persaingan sehat!
12. Hubungan saya dan keluarga lebih harmonis, dinamis dan tidak krisis
13. Backpacker atau mungkin apa yah sebutnya, ga terlalu backpacker juga it's oke, sih. Ga mau juga disebut sok-sok backpaker. Syukur-syukur dapet gratisan! Ke Lombok, ke Hongkong, ke Australia, sama Universal Studio!
14. Mau lebih merawat diri biar tambah cantik! Ahahaha...
15. Belajar fotografi! Harus bisa buat foto berkualitas!
16. Punya penghasilan tambahan diluar kerja jadi pegawai, amin

Ini dia salah satu hasil jepretan favorit saya di Situ Patenggang, Bandung


Fiyuuuuh, banyak banget, yah! Tapi enggak masalah, lah. Semua itu harus bisa dicapai, paling enggak jadi termotivasi menuju ke arah sana. Oh, iya yang jadi prioritas utama di tahun ini adalah GOAL BEASISWA S2 bersama seperangkat alat-alat lainnya, seperti TOEFL!

Insya Allah, semua ini bisa tercapai di tahun 2011! Amin!!!!