Akulah Si Sophis!

Sabtu, 23 April 2011

Hello Singapore!

Lama tidak menulis blog, kangen dan rindu layaknya merindukan kekasih. Hehehe...

Banyak sekali tulisan yang mau saya tuangkan. Cerita tentang liburan bersama Genk Galau, keluarga dan masih banyak lagi.

Tapi, kali ini, saya akan mulai dengan berbagi cerita liburan di Singapore, 2-5 April 2011. It was awesome!

Sudah dari setahun yang lalu, saya berangan-angan ke Universal Studio Singapore. Akhirnya, kesempatan itu datang juga!

Tentunya berbekal tiket murah dari Tiger Airways dan Air Asia. Plus, bujuk rayuan dari setan-setan kecil yang tak lain adalah Genk Galau, Shanti dan Anggi. Hehehe...



Hari keberangkatan pun tiba. Tepat Hari Sabtu, saya berangkat sendiri dari Jakarta. Shanti, Anggi dan Sekar menyusul malam harinya.

Hmm, saya deg-degan, bukan karena pertama kalinya ke Singapura tapi karena sendirian terbang. Duh, campur aduk, antara senang dan parno!

Saya juga parno kalau berhadapan dengan imigrasi terutama kalau sendirian. Enggak tahu, kenapa! Mau tidak mau saya harus berani. Dan wuussshh, jadilah terbang sendirian.

Perjalanan selama satu setengah jam menuju Singapura. Saya sibuk mengambil foto. Tergoda juga untuk pesan makanan. Eh, batal gara-gara menunya mengandung pork semua, lagipula pramugari itu melewatkan saya begitu saja tanpa bertanya mau pesan atau tidak.

Tak terasa, sampailah di Singapura tepatnya di Terminal Budget, Changi Airport bukan di Terminal Internasional yang terkenal dengan keindahan bunga-bunga anggrek bewarna ungu.

Terminal Budget memang dikhususkan untuk penerbangan murah meriah dan terpencil dari terminal internasional yang lebih kece itu. Tapi tempatnya enggak murahan, kok, kira-kira mirip Terminal 3 Soekarno-Hatta hanya saja lebih kecil.



Tanpa pikir panjang, saya ingin cepat-cepat menuju Apartemen di Tanjong Pagar. Tapi, kok, enggak ada tanda-tanda MRT, yah?

Ow, rupanya, saya harus naik bis (fider bus) menuju terminal 2, supaya saya bisa naik MRT.

Benar-benar kagum melihat Singapura. Transportasi begitu sangat diperhatikan meski dari terminal khusus penerbangan murah sekalipun.

Terakhir saya ke negeri singa tahun 2007 dan ketika saya kembali tidak banyak yang berubah. Tetap bersih, rapih, teratur. Membuat saya betah!

Apartemen Super Canggih

Dari bandara menuju Tanjong Pagar butuh waktu kira-kira 45 menit. Untung saya dibekali kartu EZ link oleh ibu, jadi tak usah repot-repot membeli tiket MRT.

Setelah duduk manis di MRT, saya langsung mencoba mengaktifkan IM3. Wow, berhasil! Tapi, sayang, pulsa sms ke Jakarta mahal banget, 4 ribu sekali kirim dan pulsa untuk aktifasi bb tidak bisa dipakai.

Begitu sampai di Tanjong Pagar, saya langsung ikuti petunjuk jalan menuju apartemen. Letaknya persis di dalam International Plaza lantai 47.

Wah, enggak percaya, bisa juga travelling sendirian. Saya pun berdiri tepat di kamar yang Anggi telah booking.

Si enci pemilik apartemen segera memberi petunjuk lewat sms. Untuk bisa masuk ke kamar saya harus menekan tombol rahasia yang ada di pintu. Begitu tutup tombol dibuka langsung keluar perintah memasukkan kode.

Keren banget, yak, walaupun apartemennya kelihatan sederhana seperti rumah susun tetep pengamannya pakai tombol. Mungkin kalau di Indnesia sudah tinggal nama, nih, alat.

Begitu dimasukkan kode, pintu tidak mau terbuka! Astagfiruloh, jangan-jangan ke blokir, nih! Mati, deh!

Saya pun panik sambil menekan berulang-ulang kodenya. Tetap tidak berhasil.

Wah, saya sms si enci juga enggak ada balesan. Ahh, jangan-jangan si Anggi ditipu. Ah, sekujur tubuh lemas. Saya duduk kayak orang bego di depan pintu.

Setengah jam kemudian, hape saya bunyi pertanda ada sms. Aaah, si enci minta digetok, deh. Rupanya, dia yang salah kasih kode. Gggrr. Cepat-cepat, saya masukkan kode baru dan yeaay, berhasil.

Saya langsung menuju kamar. Wah, lumayan, kok. Kamarnya bersih, ada AC, dan TV. Satu ruang apartemen ini terdiri dari 4 kamar, satu kamar mandi luar, sebuah dapur yang dilengkapi dengan makanan camilan, free, lho.

Penjual Lebay

Setelah beristirahat sejenak, saya bergegas menuju Lucky Plaza yang ada di daerah Orchard. Hanya dua stasiun atau 15 menit dari Tanjong Pagar. Langsung saya mencari simcard rekomendasi dari Sekar yang judulnya Starhub!

Resah memang kalau BB enggak aktif. Akhirnya, saya beli sekaligus 4 kartu. Harganya masing-masing 25 sing. Untuk mengaktifkan bb selama tiga hari pulsa yang dipakai 15 sing dan sisanya, 10 sing bisa dipakai untuk pulsa sms atau telepon.

1, 2, 3 ting, horeey bb pun aktif. Sambil menunggu simcard yang lain, saya ngobrol dengan penjual yang kelihatannya orang melayu tapi berbicara dalam Bahasa Inggris.

Dia bertanya,"Where do you live?"
Saya jawab,"Ow, in Tanjong Pagar, Intenational Apartement."

"Wats???? Oh, My God!!! Gosh! It's so far, you know," kata si penjual dengan penuh kaget.

Saya pun heran,"Heh??? So far? Its only 15 minute by MRT, you know." Hehehe saya balikin lagi.

"Hei, you can buy simcard Singtel in Tanjong Pagar but there's no Starhub." kata penjual sambil terheran-heran.

"That's way I go to here!" jawab saya cepat.

Hahaha, dalam hati saya mau tertawa ngakak. Lebay, sungguh lebay si penjual.

Gileeee, cuma 15 menit saja dibilang jauh, apa kabar kalau si penjual ini hidup di Jakarta. Bisa mati berdiri dia melihat kemacetan.



Setelah urusan simcard selesai, saya menuju tempat favorit buat makan, lantai dasar Lucky Plaza. Keroncongan bukan main ini perut. Bayangin saja, karena stres mau pergi sendiri, dari pagi saya enggak sempet sarapan.

Mata pun langsung tertuju pada makanan Indonesia. Ayam goreng crispy plus nasi uduk dan sambal, eunaaak tenan! Yah, kalau di Jakarta bisa dapat 10 ribu, di tempat ini kira-kira 5 sing = 35 ribu.

Setelah puas makan, saya segera membeli titipan Ibu, bodyspray Victoria Secreet. Mmm, sudah enggak semurah dulu, yah. Tapi, saya dapat harga yang paling murah yaitu, 18 sing. Langsung saja saya beli 3 botol, hehehe.

Sudah hampir jam 9 malam, saya putuskan kembali ke apartemen. Ini rasanya seperti bukan jam 9 malam. Ramai sekali di Orchard malam minggu. Mereka seperti tak punnya tempat hiburan selain mengunjungi tempat belanja. Kasihan...

Tas saya hilang????? Koper saya di mana????

Serem juga sendirian sampai apartemen. Tidak ada penghuni lain, selain saya. Saya langsung lari ke kamar. Ya, ampuuuuun!!!! Kamar saya terbuka! Sprei berantakan, koper saya raib!

Aah, mau pingsan. Cenat-cenut rasanya. Harta benda yang ada di koper cukup penting. Charger kamera, handycam, aaah. Jangan-jangan perampoknya masih ada di dalam apartemen.




Saya masuk ke kamar satu persatu. Sial, ada kamar yang dikunci. Saya buka lagi kamar yang dipojok kanan. Ah, terbuka! Betapa kagetnya saya. Oh, tidak, itu dia koper saya.



Hahaha, ternyata saya salah kamar. Si enci memindahkan koper saya ke kamar yang benar. Lebih luas, bersih, dan ada kamar mandinya. Yihaa, saya pun berseri-seri lagi. Konyol sekali!



Hampir jam setengah sebelas malam tapi rombongan belum datang juga. Bunyi MRT sampai terdengar ke kamar. Horor! Enggak ada siapa-siapa. Saya putuskan untuk menunggu mereka di bawah, persis di pintu keluar stasiun MRT.

Aaah, lega, akhirnya mereka datang juga! Ahaaa, heboh, deh. Saya sambut kedatangan mereka dengan handycam.

Kelakuan narsis pun langsung terekam. Hehehe, kalau yang ini memang susah dikendalikan. Kami putuskan malam itu tidak hang-out.

Tanjong Pagar ini terasa amat sepi. Meski banyak gedung-gedung bertingkat, tapi jauh dari keramaian seperti di Orchard. Beruntunglah kami ada di sini. Kalau tidak, pasti kami akan kelayapan sampai pagi.



Hari itu pun berakhir di McD. Kami tertegun melihat McD yang penuh dengan remaja-remaja dan orang kantoran.

Mereka bukan sekedar kongkow! Remaja-remaja itu sepertinya mahasiswa dan mereka sibuk belajar. Buku-buku bertaburan di meja. Ada yang sibuk mencatat, menulis, komat-kamit menghapal materi.

Hari itu adalah weekend, di mana orang-orang bersantai tapi di Singapura tidak juga begitu. Orang-orang kantoran pun seperti terlibat dalam meeting serius. Hanya, kami orang Indonesia yang sibuk ketawa-ketiwi sambil memperhatikan perilaku mereka.

Hehehe, tak ketinggalan kami pun tetap bergosip melihat penampilan mereka yang memang mirip alay kalau di Indonesia.

Rambut dicat warna-warni dengan belahan ala Justin Bieber. Bedanya, mereka putih dan terlihat terdidik. Nah, kalau di Indonesia? Simpulkan saja sendiri, wwkwkwkwkwkw.

Begitulah malam pertama di Tanjong Pagar. Masiha ada tiga hari lagi untuk menikmati Singapura. Tunggu cerita selanjutnya, di hari kedua, yah!

2 komentar:

  1. hwahaha... seru banget neng!! apartemennya keren!!

    BalasHapus
  2. bknnya blagu, tp di singapur gw berani loh kmn2 sndr, gak takut. org2nya helpful, bnyk papan petunjuk dan wilayahnya kecil. cuek aja muter2 disitu, eeh tp krn ketakaburan gw ini niih gw nyasar beneran, naek MRT pdhl hanya perlu melewati 3 stasiun aja, eeeh gw bablas ampe stasiun brp tau tuh. Hahahha kebiasaan naik kereta dsini yg lamanya naujubilah! alhasil smbil nyasar2 gw terusin aja jalan2 ampe kaki hampir copot khikhikhi.. Great writing mbang!

    BalasHapus