Pagi, Tanjong Pagar!
Petualangan hari kedua di Singapura segera dimulai. Matahari ramah sekali. Seakan tahu kami siap menghabiskan semua yang kami punya untuk berbelanja.
Little India menjadi sasaran awal kami. Sebenarnya, ada tujuan khusus di daerah kekuasaan jarjit(sebutan untuk orang India buat saya). Sebuah titipan teman saya, Bom-bom yang amat sangat merindukan DVD Smack Down!
Gleek, teman-teman saya langsung mengerutkan keningnya. Hehehe, agak enggak penting, yah? Yah, namanya titipan!
Saya cari DVD itu sampai pusing berputar-putar dan memotret jejeran DVD Smackdown. Ups, akhirnya, dapat juga setelah hampir 2 jam.
Eh, teman-teman saya menghilang! Ahaha, pasti mereka sudah bosan menunggu. Benar, Sekar yang baru saja sembuh dari sakit langsung duduk bersama Anggi di Cafe Mustafa menikmati sarapan.
Sementara itu, Shanti masih betah di dalam rupanya. Ia mencari perlengkapan make-up. Selesai sudah misi hari itu di Mustafa centre, Little India. Kami beranjak menuju Orchard.
Sekar pun sembuh melihat Orchard!
Setiap orang yang datang ke Singapura tentu tidak akan melewatkan lokasi yang dianggap sebagai surga belanja dunia.
Buat mereka (wisatawan mancanegara) mungkin begitu, buat saya tidak juga! Karena tak jauh beda dengan pergi ke Mal seperti halnya di Jakarta.
Beda lagi buat Sekar. Orchar, inilah tempat untuk menyembuhkan sakit kepala dan tenggorokan yang baru saja didera sebelum ke Singapura, hehehe. Piss, yo, Mba Kar!
Wuiiih, saya takjub melihat Sekar! Dia langsung gesit mencari tempat-tempat yang sudah menjadi incarannya. Diikuti dengan Shanti terus melenggang memasuki Ion Orchard.
Sementara saya dan Anggi, masih mikir dan melihat-lihat sekeliling. Mencari-cari apa yang bisa dibeli buat oleh-oleh.
Nah, akhirnya saya menjumpai toko yang bernama Rubi! Kalau di Jakarta, toko ini sama dengan The Little Things She Needs. Desain dan barang benar-benar mirip.
Beruntung sekali hari itu ada diskon besar-besaran. Saya dan Anggi memutuskan untuk membeli sepatu seharga 3 sing=50 ribu rupiah saja.
Setelah puas mengubek-ubek, kami menuju Sefora, tempat penjualan kosmetik rekomendasinya Mba Kar.
Tempat ini mengingatkan saya seperti Sogo namun yang dijual kebanyakan kosmetik, produk dari ujung kaki sampai rambut semua ada. Soal harga? Hmm, yah, relatif, ada yang murah ada yang mahal.
Yang membuat Sefora menarik perhatian saya adalah desainnya yang moderen dicampur gaya klassik. Benar-benar mengundang mata tertarik untuk mencicipi produknya. Ya, ya, mereka memang pandai mengemas produknya.
Hari itu masih siang, tapi kami sudah merasa pegal-pegal. Apalagi saya, kaki terasa kaku. Kami pun beranjak keluar dari Ion dan membeli es krim keluaran Walls yang dibuat dalam bentuk roti.
Sambil duduk-duduk di bawah pohon, kami memperhatikan kegiatan orang-orang yang berlalu lalang. Ramai!!! Karena hari itu hari Minggu. Lagi, lagi, mulut ini tak bisa direm. Hehehe, banyak orang memadu kasih.
Di Singapura, sepertinya memang sudah biasa menjalin cinta dengan orang-orang asing. Banyak orang melayu dengan jarjit, lalu Cina dengan bule dan perpaduan lainnya.
Iseng-iseng, kami memperhatikan sepasang kekasih yang kelihatannya si Jarjit dan orang Melayu.
Aduhai, masih siang tapi gerakan tangan cowok ini begitu lincah. Peluk sana, peluk sini sampai mendarat di bagian depan kekasihnya. Hahaha, kami tertawa terpingkal-pingkal sambil berseru, "Eaaaa, eaaaaaa."
Setelah lelah tertawa, perjalanan dilanjutkan mencari titipan Buku Bola dari orang kantor Sekar.
Saya dan Anggi selalu tertinggal jauh saat Sekar dan Shanti melangkah sepanjang Orchard. Gileee, kaki kami serasa mau patah. Tapi, kami kagum dan heran melihat dua anak ini yang masih semangat milenium!
Bahkan, rasanya, Sekar sudah sembuh begitu tiba di Orchard! Hahaha...Kebayang tadi, mukanya pucat di Mustafa Centre. Rupanya obat mujarab adalah Orchard. Hihihi...
Oiya, tugas saya di Orchard masih tersisa satu. Saya mencari, lagi-lagi titipan sebuah krim pijet Paint Muscle Cream! Dari hari pertama saya keliling toko obat, Watson, sampai Century enggak nemu. Wah, ternyata, ada di Guardian.
Hehehe, sempat kepikiran untuk mencoba krim ini di apartemen biar kaki pegal kami terobati.
Siaaal, ternyata krimnya disegel. Hahaha, ya sudah, akhirnya, saya beli saja cairan Yoko-yoko yang biasa dibeli bokap kalau ke Singapura. Lumayan, loh, buat pegal-pegal.
Eh, selain krim titipan punya saya, ada yang lebih ajaib lagi, nih, titipan Shanti, krim oil dari Egypt. Entah seperti apa itu bentuknya. Di semua toko obat tidak ada yang menjualnya!!! Ajaib-ajaib memang titipan kita.
Bugis Street
Wah, akhirnya kami pergi menuju tempat yang paling diinginkan Anggi, Bugis Street. Nah, di sini saya juga memanfaatkan untuk membeli tempelan kulkas titipan ibu.
Enggak beda jauh dengan Orchard, tempat ini pun dipenuhi orang-orang yang melampiaskan keinginannya untuk berbelanja.
Yang berbeda dengan Orchard, Bugis Street seperti Blok M. Barang-barang yang dijual terbilang murah dan bisa ditawar. Hmm, tapi model pun hampir sama dengan kelas ITC di Jakarta.
Sedikit tips berbelanja di Bugis, jangan ragu untuk berkeliling terlebih dahulu. Semakin ke dalam, semakin murah harganya.
Saya pun membeli suvenir korek api 3 buah dengan harga 7 sing. Padahal, di bagian depan dekat pintu masuk, harga korek api satu buah 3 sing. Beruntung, bukan?
Queen's Town, Here We Go!
Memang, kami berempat punya tempat tujuan masing-masing yang wajib dikunjungi. Untungnya kami punya rasa toleransi yang tinggi, hehehe jadi keempat keinginan kami pun terpenuhi.
Nah, sekarang adalah tempat tujuan yang didam-idamkan Shanti, IKEA! Tempat ini seperti Index Furniture atau ACE Hardware.
Apa yang dicari Shanti, yah? Ahahaha, lagi-lagi titipan saudaranya, handuk!
Kami memang selalu punya titipan yang ajaib-ajaib. Mulai dari DVD Smackdown, buku bola, krim Egypt sampai handuk.
Perjalanan hari itu benar-benar full time. Kira-kira jam 10 malam kami sampai di Apartemen.
Hehehe, rencana hangout malam pun tinggal impian. Lelah dan kaku kedua kami hingga tak sanggup melanjutkan ke Ice Bar yang ada di Selangor.
Yang ada, kami berbalut koyo di sekujur tubuh plus olesan cairan pengurang pegal yang sudah saya beli, Yoko-yoko.
Aha, lumayan membantu sedikit. Kami sibuk menggunting koyo agar semuanya kebagian sama rata.
Tak kuasa menahan letih, kami pun menutup mata. Tak sabar menunggu hari esok ke Universal Studio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar