Bola!!! Nih, salah satu kegiatan olahraga dan tayangan televisi yang tidak pernah saya mengerti. Buat saya, kegiatan yang mengharuskan pemain memasukkan bola ke dalam gawang ini agak aneh. Orang-orang berebut memasukkan bola, lalu setelah itu mereka teriak kegirangan.
Wah, ternyata, saya tidak bisa tidak tahu tentang sepak bola. Masalahnya, sebagai reporter segala informasi harus diserap dengan baik. Yah, salah satunya yang tidak saya suka, sepak bola.
Hmm, dua kali saya liputan sepak bola. Pertama, ketika Franco Baressi datang ke Indonesia di tahun 2010. Baru-baru ini, Danielle Massaro dari Italia. Saya masih berpikir, "Saya harus bersyukur merasa beruntung meliput pemain bola yang sudah tua ini atau saya merasa terjebak atas ketidaktahuan saya tentang bola?"
Ah, namanya juga reporter, mau enggak mau harus tahu! Berangkatlah saya hari itu penuh semangat. Pagi-pagi jam delapan saya sudah meluncur ke lokasi. Wow, ternyata acara sudah mulai. Edan, kalau bintang tamu luar yang datang pasti para wartawan ini juga ikutan ontime!
Yah, saya menunggu sang fotografer yang belum datang juga. Selang beberapa menit, akhirnya datang juga dia!
Celingukan beneran, nih! Mau tanya apalagi, yah, sama sang pemain ini. Saya mencoba hal-hal lain yang bisa membuat saya bersemangat lagi. Wuihh, bener saja. Si Massaro ini didampingi oleh pria berjas dan beberapa wanita.
"Ya Allah, mimpi apa saya ketemu Pak Haji bule?"
Tidak jelas siapa pria berjas hitam itu. Tapi, kalau wanitanya ada yang bertugas sebagai penerjemah. Hehehe, ganteng sekali pria berjasi hitam. Bener, kan, ada juga yang bisa mengusir rasa bosan.La Italiano, la gantengnyoo, Naujubiloooo...
Perhatian saya kembali tertuju pada Massaro. Pria ini mungkin ganteng di masa mudanya. Rambut keriting dan yah, seperti pemain bola kebanyakan bertubuh cukup tinggi, badan tidak terlalu besar.
Para penggemar klub Milan yang disebut Milanisti pun berebut menghampiri. Ada yang minta tanda tangan di baju, foto berdua, enggak ada habis-habisnya kalau tidak distop.
Berhubung kedatangan si Massaro ini untuk melihat seleksi Milan Junior Camp 2011 yang terdiri dari anak usia 10-16 tahun, maka si bintang bola pun dikenalkan dengan anak-anak.
Pertama saya diam. Lama-kelamaan, saya merasa ada yang janggal. Hahaha, anak-anak itu satu persatu salaman dan mencium tangan Massaro. Mereka seperti ketemu Pak Haji atau guru di sekolah. Wakakakak, Pak Haji dari Italia, ini, mah!
"Astaga tangan aye, dicium!"
Ada yang membuat saya tertawa lagi, Massaro hendak memberikan salaman, eh tahu-tahu malah dicium tangannya oleh anak-anak. Jadi, salah tingkah, kan.
Kejadian ini pun berulang saat pengumuman pemenang yang lolos seleksi. Widih, setelah memberikan piala, tangan Massaro kembali dicium oleh anak-anak. Alamaaak! Kocak! Mungkin bagi orang Indonesia ini adalah hal yang wajar.
"Baek-baek, yee, lu padee di Milan," kata si Pak Haji.
Buat Massaro? Suatu penghormatan yang mungkin berkesan selama ada di Indonesia dan selama itulah ia menjadi Pak Haji, hihihi.
Foto by: Riomanadona
hahahahahahahaha.......
BalasHapuswekekekek manteb, makasi yak atas kunjungannya.. yg jelas ini bukan ustad jaba!
BalasHapusbagi email si pak haji dong, mau minta bimbingan spiritual, hehehhee :p
BalasHapus