Heyhooo...so long time, it's so long time, I didn't write on my blog! And now!!! It's time to starting...
Terima kasih sebelumnya buat teman-teman seperti, Punge, Meida dan Friska yang sudah mengingatkan untuk menulis kembali. Garing bener lihat blog ini yang sudah dipenuhi jin botol, hiiii.
Sekarang, si pengusir jin telah kembali, dengan cerita-cerita baru. Kali ini, saya mau bercerita tentang perlakuan costumer terhadap seorang pelayan.
Kemarin, Sabtu (30/7/2011), saya dan keluarga si ndut jalan-jalan ke Pim. Tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang aneh di dalam perut, seperti orang kelaperan. Ini aneh, karena sebelumnya saya sudah menghabiskan beberapa porsi makananan di sebuah restoran.
Karena enggak tahan, akhirnya mereka mengajak saya ke Dunkin Donut untuk memesan teh panas. Hmm, tempat duduk penuh. Sang pelayan berusaha mencarikan empat tempat duduk untuk kami.
Sang pelayan ini menghampiri sekelompok anak muda setengah labil setengah dewasa, hehehe. Kalau tidak salah kelompok itu ada 6-8 orang. Nah, dua orang yang duduk paling pinggir, tidak memesan apapun di dunkin donut. Malahan, si cewe itu asyik menyantap buah yang dikeluarkan dari tasnya.
Karena itulah, si pelayan ini menegur baik-baik kedua orang itu,"Maaf, sudah ada yang pesan makan? Kalau belum, meja dan dua kursi ini mau dipakai."
Sembari nunggu si pelayan, kami melihat ada dua sofa kosong, kami segera menempatinya. Eh, tiba-tiba, saja, entah bagaimana itu, cewe dan cowo ini tersinggung atas ucapan pelayan.
Dengan nada keras dan lantang, si cewe ini berseru,"MAS, SAYA TERSINGGUNG, YAH, SAMA UCAPAN MAS!"
Wuih, si cowo pun tak mau tinggal diam ikut membentak pelayan! Sementara itu, pelayan langsung minta maaf dan memberikan penjelasan. Tapi, enggak mempan!!! Malahan, si cowo sudah bersiap-siap melayangkan tinjunya ke arah pelayan! Waduh, ini sungguh lebay!!!!
Saya sudah keburu sakit perut dan butuh teh panas, lalu inisiatiflah, si Nduts' mother bicara kepada pelayan,"Mas, dua kursi saja sudah cukup, kami ga jadi berempat, biar dua orang saja yang di sini."
Tetap saja, si cowo dan cewe ini enggak terima! Saya pun segera memasan teh panas. Dengan gaya angkuh dan muka kesel, si cewe ini berteriak," Heh, SEKARANG JUGA GW MAU PESAN! SINI LOE! GW MAU LO YANG NGELAYANIN GW," sambil menunjuk ke arah pelayan yang dianggapnya membuat tersinggung.
Duh, kepala saya makin sakit, perut kekocok-kocok. Rasanya ingin muntah di depan si cewe ini. Itu pun belum selesai, si cewe ini teriak lagi, "GW BELI SEMUA DONAT YANG LOE MAU! LOE MAU YANG MANA? GW MAMPU BELI NIH, DONAT!"
"Mau berapa banyak, mba?" kata si pelayan.
Tiba-tiba, si cewe ini diam. Terus dia ngomel-ngomel lagi enggak jelas. Dan ujung-ujungnya dia cuma beli enam donat, hehehehe. Huaahhahahah, saya sudah enggak tahan pengen ketawa.
Begitu duduk, saya dan ndut cekikikan. Sementara, orang tuanya pergi dari dunkin, mengalah dan membeli sesuatu di tempat lain. Setelah dipikir-pikir, kalau si cewe dan cowo ini enggak pakai emosi, tentunya mereka tidak perlu keluar uang untuk membeli donat. Mereka memang sedari awal hanya ingin numpang ngobrol, sementara teman-temannya itu sudah membeli donat dan minuman.
Saya dan ndut pun yakin benar, mereka pasti sudah enggak nafsu makan itu donat! Hehehe. Menurut kami, mereka hanya ingin dianggap mampu dan gengsi. Lha, wong, donatnya saja didiamkan di atas meja.
Huuft, saya hanya bisa mengelus dada. Ternyata, adegan bentak-membentak ini bukan sinetron belaka. Ini fakta!
Saya lihat dari kejadian ini, sepertinya, keberadaan pelayan restoran ini memang menjadi tempat yang rawan untuk bisa diperlakukan semaunya. Karena para pelayan, toh, diperintahkan untuk tidak membentak customer apapun yang terjadi. Malahan, seperti prinsip Ospek, "Senior tidak pernah salah!"
Kalaupun, customer salah, pelayan-pelayan ini tetap harus dengan sabar dan bicara perlahan untuk menjelaskan dan memberikan argumen.
Tindakan teriak-teriak dan bentakan yang dilontarkan cewe itu justru malah memperlihatkan di depan umum, kelakuan dia yang sebenarnya. Baik atau buruk? Benar apa salah? Anda yang membacanya lah yang bisa menilai.
Saya hanya ingin menegaskan, para pelayan itu pun juga manusia, lho. Hanya berbeda pekerjaan saja.
Oiya, dan satu lagi, kalau ingin berlama-lama di restoran atau cafe, belilah menu yang mereka tawarkan. Mereka pun menyewa tempat untuk menjual produknya. Bukan tanpa alasan, kalau pelayan menegur kita untuk membeli sesuatu, karena, toh, itu berhubungan dengan benefit yang mereka terima.
Kalau kalian, punay restoran lalu ada segerombolan orang yang enggak memesan apapun sementara pelanggan yang lain datang ingin memesan, apa yang akan Anda lakukan? Bersikap sama dengan pelayan yang saya ceritakan? Atau malah diam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar