Alhamdulillah...huah, macam Syahrini aja, kata pembuka dari postingan ini, hehehe. Eh, tapi memang itu benar adanya, kok! Yup, alhamdulillah saya bisa melancong ke India dan kembali ke tanah air dengan selamat, utuh, tanpa ada satu goresan apapun! *hayah...lebay*
Sampai sekarang ini, saya masih enggak percaya, ngapain yah saya jauh-jauh nyasar ke India? Padahal negara ini, dulu tak pernah jadi tempat destinasi favorit untuk travelling. Banyak negara-negara lain yang mungkin bagi orang kebanyakan lebih safe, comfort dan lebih indah untuk dikunjungi. Tapi, ternyata tidak dengan saya!
Sejak punya duit sendiri, keinginan untuk travelling ke berbagai penjuru dunia semakin kuat. Tahun ini, Singapura untuk kedua kalinya sudah terlaksana. Lalu, setelah itu saya banyak membaca buku-buku travelling kelas ringan. Hmm, semakinlah menggebu-gebu keinginan itu.
Tiba-tiba, entah mengapa, saya kepikiran Taj Mahal. Dan...Gayung bersambut!!! Setelah ngobrol ngarol ngidul dan YM-an dengan Dabu, ternyata dia juga tertarik untuk ke India (eh, ini sebelum dia punya pacar, lho). Hmm, klop, deh! Mulailah kami menyusun rencana funtastis itu, Going To India!
Tiket murah persembahan Air Asia pun menjadi incaran. Bulan Oktober jadi pilihan kami. Dabu berangkat lebih awal dan stay lebih dulu di sana. Sementara saya harus menyelesaikan tugas-tugas saya di kantor. Hehehehe, kebetulan banget, nih, saya enggak benar-benar sepuluh hari di India biar dua sejoli ini sempat bermesra-mesraan dulu. Hihihihi....
Begitu Dabu berangkat duluan, saya benar-benar khawatir! Selepasnya terbang dari Malaysia, enggak ada kabar lagi darinya. Damn! Jantung saya acak-acakan. Duh, kemana, nih partner saya. Sudah tiga jam sejak kedatangan dia di India tetap handphone saya tak berkedip menunjukkan sms atau telpon darinya.
Tanpa pikir-pikir lagi, langsung saja saya telpon Aman. Tiba-tiba saja, "Hai, Oneeeeeeng," dengan nada penuh ceria. Duh, tuhan! Ternyata dabu yang jawab langsung. Syukurlah, dia sudah sampai dan saya pun tenang memulai perjalanan ke India di hari Minggu, 17 Oktober 2011.
Hari pertama tiba di India, Senin, 17 Oktober 2011. Saya takjub melihat bandara Indhira Gandi Internasional. Keren!!! Saking kerennya, saya sempat berlama-lama menuju pintu exit untuk menikmatinya. Saya mencoba mencari sisi bandara yang katanya kumuh, kotor, jorok, wow, enggak ada, tuh! Sampai tiba akhirnya menuju pintu exit, dan Surprise!!!! Senangnya bertemu Dabu, Aman, dan partnernya Aman, Shamid!
Wah, pertama ketemu, Aman langsung menyuruh Shamid membawa tas koper saya. Wikikik saya jadi enggak enak sendiri. Kesan pertama saya, positif! Kami segera beranjak ke Metro (samalah ini kayak MRT cuma mereka nyebutnya metro). Sepertinya, Aman benar-benar ingin memperlakukan wanita-wanita ini seperti seorang putri yang harus dijaga ketat. Kami, saya dan Dabu hanya mengikuti petunjuk darinya.
Kejadian demi kejadian...hari demi hari kami selalu berjalan berempat selama di India. Saat itulah, saya merasa menjadi seperti seorang putri yang selalu didampingi bodyguard.
Hampir setiap malam, Aman menyediakan makanan dan masak untuk kami. Sementara, saudaranya, Shamid juga rutin membuatkan kami Chai (sejenis teh India yang rasanya kayak teh tarik) di sore hari.
Saya terheran-heran dengan sosok bernama Aman dan Shamid. Di satu sisi, Aman sangat protektif di sisi lain, Shamid terlihat seperti sang asisten yang selalu siap mendampingi kapanpun Aman pergi. Kalau kita berempat berjalan, saya dan Dabu berjalan di tengah-tengah mereka. Saya merasa seperti anak kecil yang harus didampingi kemana pun saya pergi
Hal-hal kecil selalu diperhatikan. Aman tidak ingin kami pergi kemana pun hanya berdua. Alasan keamananlah yang membuatnya kekeh mati-matian menjaga kami. Setiap ada orang yang melirik kami (saya dan Dabu) pasti Aman langsung pasang kuda-kuda, persis kayak pendekar yang siap bertarung. Widiiiiih...kocak bener makhluk yang satu ini!
Hmm, bahkan untuk urusan tawar menawar, pembelian tiket masuk, MRT, semuanya Aman yang mengatur. Ckckck...Kalau saya balik lagi ke India pasti saya akan kelabakan, nih, tawar menawar dengan para jarjit yang emang jago banget ngemengnya!!! Ibaratnya mereka itu seperti pedagang dari negeri beruang tapi lebih lihai dan sedikit memaksa.
Oya, selama di India, kami tinggal di kos-kosan Manish, teman satu desa si Aman. Lokasi tempat ini seperti rumah susun yang saya temui di Jakarta. Wuih, tapi, luar biasa, deh, ini India, debu-debu terus bertebaran di mana-mana. Jalanan beraspal di depan rumah susunpun rasanya tertutup oleh debu-debu halus.
Oneeeng..ajegile neng gw baru baca inih.. Berasa punya dua bodyguards yaaa..hahaaa
BalasHapus