Sudah berkali-kali Hari Ibu di Indonesia masih saja tidak membuat saya fanatik untuk merayakannya. Entah, yah, dari dulu memang ritual ini tidak pernah saya rayakan bersama ibu. Hehehe, saya hanya kepikiran kok ada perayaan khusus untuk Ibu hanya di hari itu, lalu kemana sisa-sisa hari yang lain?
Ibu saya juga enggak pernah komplain soal perayaan Hari Ibu. Jadi, terbiasalah saya melewatkan perayaan ini setiap tahunnya tanpa ucapan atau apapun untuk sang ibu.
Apalagi ada sebuah peristiwa yang bikin saya jadi keki sendiri. Pernah suatu hari, di Hari Ibu beberapa tahun yang lalu, pacar saya minta izin untuk memberikan ucapan selamat hari ibu kepada ibu saya via SMS.
Awalnya, sih, saya keberatan. Kesannya, seperti cari muka! Tapi, dia tetap maksa dan menurutnya itu adalah bagian terpenting yang bisa kita lakukan kepada seorang ibu.
Yah, dia memang rajin melakukan itu pada ibunya sendiri dan berusaha membagi kebahagiaan di Hari Ibu dengan ibu saya. Akhirnya, saya berikan juga nomor ibu dan deg deg-an rasanya!
Saya takut ibu berpikiran macam-macam sama dia! Dan tahu, apa reaksi ibu saya? Hehehe, dia bilang pacar saya itu seperti anak kecil! Padahal, kan dia cuma mau ngucapin. Doeng! Bener, kan!
Ah, sejak saat itu saya mulai melupakan Hari Ibu. Yang terpenting buat saya menjadi anak yang baik, selalu menjaga perilaku agar tidak mengecewakan ibu. Itulah tanda sayang saya yang mungkin tidak bisa diukur dengan kata-kata atau ucapan romantis di Hari Ibu.
Hubungan saya dan Ibu juga tidak sedekat teman-teman saya. Saya tidak bisa curhat masalah hal yang pribadi sekali dengannya. Tapi, kalau urusan kehidupan seperti karir, kuliah dsb, jelas saya terbuka.
Untuk urusan, bilang I Love You, Mom, atau kalimat sejenisnya, jarang banget saya ucapkan! Ya, ampun, janggal. Tidak seperti, Sekar atau Iboy. Duh, mereka bisa sangat mesra saat ditelepon. Iri, sih, saya melihatnya.
Tapi, rupanya, dunia itu sudah berubah! Suatu sore, beberapa hari setelah perayaan Hari Ibu, 22 Desember 2011 yang lalu, bapak mengajak ngobrol. "Eh, ibumu komplain, tuh, anak-anaknya enggak ada yang ngucapin Hari Ibu!" kata ayah.
Ngek...ngok, saya diam, sementara bapak melanjutkan obrolannya,"Yah, harusnya, sih, di Hari Ibu, yang cewek-cewek ini gantian pada masak biar ibunya libur sehari, gitu."
Saya paham dan mengerti betul maksud si bapak yang berbicara sambil cengar cengir dan menyindir. Ah, tiba-tiba, saja, hati saya tertusuk mendengarnya. Saya sungguh-sungguh menyesal membuatnya merasa kecewa.
Ternyata,Ibu juga manusia, dia juga butuh ucapan-ucapan romantis. Walaupun ibu tidak pernah meminta anaknya untuk berbuat demikian namun alangkah indahnya jika bisa memulai tanpa diminta. Sederhana, namun meyakinkan sang Ibu jika anaknya benar-benar setulus hati mencintainya.
Maafkan anakmu ini yah, ibu. I love you and always!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar