Aaah, akhirnya ada kisah selain cinta-cintaan yang bisa saya tulis. Bosen juga sudah beberapa kali kisah-kisah sinetron, cengeng-cengengan, yah, namanya juga hidup. Ahaaay!
Menjadi reporter itu memang banyak kelebihannya! Saya lebih suka menyebut diri saya reporter karena sebutan wartawan menurut saya lebih cocok untuk media seperti koran. Sepertinya, mereka itu bisa disebut pengejar berita sejati!
Pagi-pagi di hari Natal, 25 Desember 2010, saya harus melaksanakan tugas liputan di Taman Buah Mekarsari, Cileungsi, Bogor. Tapi, rupanya panitia menyediakan mobil jemputan yang di parkir di RS UKI, Cawang yang berangkat jam 8 pagi.
Nah, akhirnya, saya diantar oleh babe pagi-pagi menuju RS UKI. Kami bedua sama-sama tidak akrab dengan daerah itu. Jalanan di perempatan Cawang bawah itu membuat kami pusing memilih. Kami datang dari arah Kuningan lurus terus tahu-tahu sudah sampai di perempatan Cawang.
Kami mengambil jalur ke kanan. Tapi, kok aneh, tidak ada mobil yang mengikuti kami dan tidak ada rambu-rambu lagi seperti lampu merah. Ragu-ragu, deh! Akhirnya, saya putuskan, "Udah, kanan aja, deh," Babe pun mengikuti apa yang saya katakan.
Dari kejauhan saya melihat ada seorang polisi, hmm kayaknya bakal kena tilang, nih. Nah, bener!!! Mobil kami pun diSTOP! Waduuh, salah jalan, nih. Terburu-buru saya ambil Id card pers sambil ngomong ke babe, "Bilang mau anter anak liputan dari media ..........."
Yak, dan, "Selamat pagi, pak, wah, bapak salah jalan, enggak boleh lewat situ, pak. Itu khusus buat busway," kata Pak Polisi sambil senyum merekah (mungkin doi senang bakal dapat 'sarapan pagi' kali ye? :p)
"Boleh lihat sim dan STNK, pak?" kata polisi itu.
Langsung, babe memberikan balasan, "Waduh, maaf, ya, Pak. Kami buru-buru mau antar anak liputan, kebetulan jarang lewat sini, Pak. Enggak tahu jalan, nih. Anak saya wartawan XXXXXXXXX mau liputan di RS UKI, pak."
Begitu mendengar sebutan wartawan dan media, pak polisi itu menatap id pers yang saya kenakan. "Ting...ting, hahaha muka si polisi tetap senyum tapi malu-malu gimana gitu," ujar saya dalam hati.
Saya juga tetap berusaha bermanis-manis ria di depan Pak Polisi, "Maaf, ya, pak, kami benar-benar bingung. Sebenarnya, yang benar lewat jalur sebelah mana, yah, Pak?"
"Harusnya, enggak boleh belok kanan, belok kiri terus nanti putar balik," kata Pak Polisi masih dengan ramah dan senyum terhangat yang pernah saya lihat, hehehe.
Tak lama kemudian, setelah dia memeriksa SIM dan STNK, dia justru mengembalikan itu pada bapak saya,"Yah, sudah, lain kali jangan lewat jalur itu lagi, yah"
Wah, saya senang, nih, yeaaay berhasil tanpa harus pakai adu otot dan diplomasi. Sebenarnya memang kami yang salah, sih, tapi kan kalo bisa dibebasin lebih enak, hehe.
Pas, polisi lagi ngembaliin STNK, eh babe udah keburu ngeluarin dompet! Hadeeeeh, si babe ini merusak suasana, dah! Jadi bingung, kan, nih. Jangan-jangan si babe mau kasih 50 ribu! Entah kenapa karena buru-buru, akhirnya yang keluar malah 20 ribu, hahaha, dikasihlah untuk Pak Polisi. Sambil mengucapkan, "Maaf, ya, Pak" Polisi menjawab,"Sama-sama pak, maaf juga sudah mengganggu pagi-pagi"
"Oh, iya, Pak kalau mau ke RS UKI sudah deket, tinggal lurus terus puter balik di depan sana," kata Pak Polisi lagi sambil melebarkan senyum lagi.
Dan kami pun melengos sambil tertawa-tawa. Sebenarnya, Polisi itu enggak minta duit, sih, cuma babe saya ini agak panikan dan terlanjur ngeluarin dompet, ya sudah dikasihlah.
Selidik punya selidik, ternyata memang perempatan Cawang bawah itu jebakan komeng alias sasaran empuk buat ditilang! Karena banyak pengemudi yang bakal bingung kalau jarang ke daerah ini.
Nih, saya dapat infonya dari
Kebanyakan, pengemudi motor atau mobil akan langsung belok kanan karena memang terlihat tidak ada larangan, hehehe. Hati-hati, yah, kalau ke daerah ini.
Yah, satu lagi, saya enggak bermaksud menggunakan id pers untuk memanfaatkan kesempatan menang dalam tilang menilang, tapi apa yang saya katakan jujur, memang benar mau liputan, hehehe.
Saran saya, kalau sedang liputan dan tiba-tiba kena tilang, yah, jujur saja bilang mau liputan. Tetap kenakan id tentunya hehehe. Kalungkanlah di leher! Tinggal proses mediasi dan sedikit sepak-sepik saja, mudah-mudahan lolos tanpa keluar duit! :p
Oh, tetep, yah, kalau kita salah, yah memang kita harus mengakui salah. Jangan lupa perbanyak kata "MAAF" untuk menghaluskan sang penjaga lalu lintas. Adakalanya, ketemu polisi yang galak, lalu dia akan memarahi kita. Dengarkan saja dulu, sambil mengangguk-angguk dan bilang, "Iya, pak, maaf, ya, pak, "
Kalau memang kita sedang bernasib baik, dia cuma bawel dan nyerocos panjang lebar sambil memperhatikan id yang kita pakai. Idiiiih, lirikan maut pak polisi! Habis itu, dia akan bilang, "Ya, sudah sana jalan. Hati-hati lain kali" Inilah kejadian tilang menilang yang pernah saya alami selama menjadi reporter. Dua kali kena tilang dan alhamdulillah masih lolos.
Cerita tilang-menilang memang tak ada habisnya dan ada-ada saja! Kebetulan, saya curhat sama teman sesama media setelah kasus penilangan yang menimpa saya itu. Tentu, saja kami tertawa cekikikan melihat ekspresi Pak Polisi yang berubah setelah tahu yang ditilang adalah kuli tinta.
Tapi, ada juga, nih cerita seru dari teman saya. Beberapa waktu yang lalu dia pergi bersama keluarga dan adiknya. Singkat kata, dia salah jalan di daerah Moestopo. Widiih, polisinya ganas-ganas, tuh, tanpa ampun, deh!
Nah, ditilanglah dan yang menyetir adalah adik teman saya. Begitu ditilang, apa reaksi anda pertama kali? Panik? Yup, itu biasa terjadi apalagi kalo enggak biasa berhadapan dengan polisi.
Si polisi langsung minta STNK dan SIM! Celakanya, SIM pun ketinggalan. Ya, sudah langsung bersemangatlah ini polisi mengadili!
Setelah itu biasalah, terjadi transaksi kecil. Adik teman saya itu disuruh turun dan bernegosiasi, hahay. Untung, adik teman saya, ini sempat berpikir sedetik. Sebelum turun dari mobil, ia mengeluarkan semua isi uang, dan hanya ada 50 ribu di dompetnya.
Wow, sudah pakai kata maaf dan mengaku salah, belum ampuh juga, nih! Tahu-tahu, Pak Polisi ini langsung berkata, "Ya udah, sini, 150 ribu aja!" Wedeeeeh Paak, mahal boneng!
Tiba-tiba adik teman saya ini, langsung berkata,"Yah, ya udah deh, pak. Ini STNKnya, diambil ajah, nanti saya ambil di XXXXXXX (menyebut salah satu ornag berpengaruh di polisi)"
Apa yang terjadi? Pak Polisi ini langsung berubah akrab tapi tetep galak, sih. "Oh, situ kenal sama XXXXXXX. Bilang dong dari tadi."
"Yah, pak, saya, kan enggak enak, mau bilang. Entar dikiranya saya mau manfaatin," kata adik teman saya sambil sok-sok polos.
"Lagian, saya enggak punya duit, nih, pak. Nih, lihat, di dompet saya cuma ada 50 ribu. Saya belum gajian, Pak. Nih, saya lagi antar majikan tuh di dalam mobil!" kata adik teman saya lagi sambil menunjukkan isi dompet. (Pinter juga sandiwaranyanya, yah, ngaku-ngaku jadi supir, hahaha)
Yah, yang namanya polisi galak memang susah kalau enggak kenal duit. Tetep si polisi itu berkata, "Ya, sudah, sini saya kasih diskon jadi 50 rebu."
Yah, nasib, hahaha tapi mendingan lah daripada 150 ribu, ya, kan? Akhirnya, dikasihlah uang selembaran berwarna biru itu. Begitu sampai di mobil, adik teman saya ini langsung cerita sambil ketawa ngakak, "Huahahaha, tadi gue ngakunya supir lagi antar majikan." Ketawanya pun disambut dengan tawa penumpang di mobil itu. Ide yang cemerlang juga!
Lucu-lucu dan bikin heran mendengar kisah tilang menilang. Intinya, stay cool, jangan panik, dan pandai-pandailah Anda bersandiwara, hehehe. Yah, kalau memang lagi apes dan polisi tak mau bernegosiasi siap-siap menggocek isi dompet. Kalau enggak rela juga ya, silahkan mengikuti rangkaian persidangan.
Hmm, gimana,mau nyoba bertualang kena tilang dan lihat reaksi si Pak Polisi? Atau mau cari aman saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar