Melalui tulisan ini, saya mau berbagi cerita mengenai proses lahiran anak pertama yang menurut saya tidak terlalu lama, tidak terlalu cepat tetapi pas pada waktunya. Lahiran anak pertama ini saya coba terapkan metode hypnobirthing dari analisa sendiri yah (perlu dinoted yg ini). Semoga sharing ini berguna untuk yang mau lahiran atau siapapun yang membacanya.
2 minggu sebelum lahiran, perutnya genduuts dan baru kelihatan hamil beneran! |
Postingan tentang pregnancy ini harusnya gak langsung story of giving birth tapi bertahap dari cerita di kandungan baru terakhir lahiran. Apa daya saya lupa-lupa terus membuat rangkaian tulisan dari hamil hingga brojol *alesan hahaha!
Sekilas cerita sebelum lahiran
Saya kasih prologue dulu sedikit sebelum masuk ke proses lahiran. Karena saya bakal jadi working mom dan hanya punya jatah cuti 3 bulan saja, saya sangat khawatir kalau nanti lahiran ngaret dari jadwal cuti. Saya terus kepikiran, bagaimana caranya supaya setelah cuti besoknya langsung lahir atau at least 5 hari setelah cuti ini anak bisa brojol! Dengan begitu, jatah cuti 3 bulan bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kalau cesar, lebih enak karena waktunya bisa diatur, nah, karena saya mau mencoba normal terlebih dulu, enggak bisa, kan diatur sedemikian rupa supaya bayi keluar di tanggal yang saya mau. Bisa maju atau bahkan mundur dari due date/HPL.
Malam sebelum cuti lahiran! Belum ada tanda-tanda mau brojol! |
Akhirnya, saya coba browsing, searching dan mantengin vlog tentang pregnancy via YouTube, instagram dan segala macam sosmed yang bisa jadi referensi. Ketemulah studio Nujuh Bulan dan klinik hypnobirthing di Permata Hijau. Tapi akhirnya saya putuskan untuk tidak ikut kelasnya dan memilih otodidak saja via YouTube serta ngobrol dengan teman-teman yang sudah advanced dengan lahiran ala hypnobirthing. Kebetulan video tentang pernapasan, afirmasi hypnobirthing dari Bidan Kita (salah satu yang menyediakan layanan dan lahiran ala hypnobirthing maupun gentle birth) semuanya lengkap bisa diakses free diYouTube.
Berbekal YouTube, saya terapkan untuk setiap hari berbicara dengan janin yang ada di perut sejak usia 4 bulan sambil dielus-elus perutnya. Afirmasi yang saya ucapkan kira-kira seperti ini:
"Halo, anak pintar, kamu bantu ibu ya nak, lahiran dengan proses normal yang menyenangkan, lancar dan penuh kebahagiaan. Ibu yakin kamu bisa keluar pada waktu yang tepat dengan proses paling lama 2 jam. Kalau kamu lahiran di pagi hari setelah shubuh, nanti ayah kamu tidak perlu begadang jadi tidak kelelahan. Nah, karena ibu bekerja, ibu punya waktu cuti 3 bulan untuk full time sama kamu. Yuk, bantu ibu, supaya kamu nanti bisa keluar setelah ibu cuti atau paling lama 5 hari setelah ibu cuti supaya ibu bisa lebih lama sama kamu selama cuti dan benar-benar bisa 3 bulan cuti eksklusif. Terus karena ayah kamu jam kerjanya gak tentu, kamu bantu ayah juga ya supaya keluar di saat ayah lagi tidak bekerja di shift malam dan sebelum puasa."
Hahaha, banyak maunya, apa yang saya request ke bayi. Nah, tiba-tiba saya dapat kabar kalau kakak saya akan pulang juga ke Indonesia di hari-hari menjelang due date dan adik saya yang di Yogyakarta pun akan berkunjung di tanggal yang sama. Akhirnya afirmasi yang saya sebutkan di atas saya modifikasi kembali dengan menambahkan kalimat ini:
"Hi, anak manis, kalau kamu keluar sebelum tanggal 23 Mei kamu bisa ketemu walid dan om Agi, loh. Ayo, ditunggu ya kehadiran kamu saat semuanya lengkap."
Afirmasi tersebut hanya contoh dari saya, bisa disesuaikan sesuai kebutuhan dan request dari masing-masing bumil. Saya ucapkan pagi hari dan malam hari sebelum tidur dengan penuh keyakinan jika si bayi akan mendengarkan apa yang kita inginkan. Catatan dari saya, ucapkan afirmasi sedetail mungkin agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai.
Selain afirmasi, saya juga latihan pernapasan perut sesering mungkin di mana saja kapan saja yang memungkinkan termasuk di mobil saat menuju kantor, di kantor seusai solat maupun di meja kerja dan sebelum tidur. Latihan pernapasan ini akan membantu memudahkan kita saat proses lahiran dan saya baru intens melakukannya saat janin berusia 7 bulan. Menurut saya, agak telat sih, seharusnya dari usia 4 bulan tapi yang penting lagi harus rajin dan lakukan setiap hari. Lalu saya juga terapkan yoga walaupun gak rutin hahaha, dan yang terpenting adalah posisi-posisi yang memudahkan bayi untuk turun ke panggul. Semuanya hanya mengandalkan YouTube. Mungkin postingan berikutnya saya akan lebih detailkan lagi mengenai hal ini. Next, story of my birth!
Air ketuban rembes, pembukaan 1-3
Hari Sabtu, 20 Mei 2017 adalah jadwal kontrol ke obgyn, dr Suhartadji (Aji) di saat usia kandungan telah mencapai 39 weeks. Hari itu bertepatan dengan hari pertama setelah saya cuti di hari Jumat. Sayangnya, dr Aji ada operasi cesar berturut-turut sehingga pasien dengan antrian 11 ke atas dipindah ke hari Senin. Karena sudah terlanjur datang ke RS tapi tidak bisa kontrol, akhirnya, saya putuskan belanja sebentar ke Superindo, lalu pulang dan tidur hingga jam 2 siang.
Tiba-tiba, saya terbangun dan membaca chat via wa dari teman saya. Dia menanyakan, "Nis, gimana udah mules belum?" Saya jawab, "Kayaknya sedikit, nih, tapi bisa jadi juga kontraksi palsu." Saat itu memang terasa agak mules sedikit seperti mau datang bulan tapi saya belum yakin ini tanda-tanda kelahiran yang sebenarnya.
Pembukaan 3 masih sempat selfie, dong! |
Tidak lama, saya kepengen buang air kecil, tiba-tiba seerr, air ketuban mengalir seperti mengompol. Waduh, saya kaget! Dan langsung menghubungi suami agar cepat pulang dari kantor dan bersiap-siap ke rumah sakit.
Sampai di RS dicek sekitar jam 4 sore, ternyata baru pembukaan 1 tetapi kontraksi mulai terekam di alat CTG. Dr Aji dihubungi oleh RS dan menyarankan saya langsung rawat inap karena kontraksi yang terekam sudah terlihat mulai teratur. Pada kondisi ini, saya masih cengengesan, hahaha belum berasa sakit cuma mules-mules lucu tapi benar memang sudah teratur dan kontraksi setiap 5 menit sekali.
Saya dan keluarga setuju untuk langsung rawat inap. Kemudian suster datang dan sesuai prosedur, saya harus diinfus cairan tenaga dan berpuasa. What? Puasa? Saya dan keluarga pun bingung, kenapa harus puasa? Memangnya saya akan dicesar? Lalu, suster menjelaskan jika ini persiapan kalau nanti terjadi sesuatu dan harus cesar maka proses operasi akan lebih cepat. Duh, saya jadi agak lemas, kenapa sudah dipersiapkan cesar padahal ini belum apa-apa. Tapi, setelah diskusi dengan keluarga, akhirnya kita setuju tetapi kita juga sepakat dan menekankan lagi ke suster jika saya mau normal supaya mereka tahu niat saya sebesar itu buat normal, hehehe. Suster pun berusaha menenangkan jika ini hanya bagian dari prosedur. Saya elus-elus perut, ya Allah, nak, semoga kamu cepat keluar dengan proses normal. Setelah itu, bapak dan ibu saya pun pulang dan hanya suami yang akan mendampingi proses kelahiran.
Jam 9 malam saya masih seperti orang biasa yang belum akan lahiran. Suster menyarankan untuk tiduran dan istirahat. Duh, mana betah! Diam-diam saya melakukan pose-pose anjuran YouTube di kamar persalinan serta menggunakan birthing ball yang saya bawa dari rumah dan latihan pernapasan seiiring dengan kontraksi yang datang.
Berikut beberapa pose yang saya lakukan:
Pukul 9.30, suster datang mengecek lagi dan baru pembukaan 3. Hmm, saya pikir ini masih lama ya dan mungkin besok pagi baru akan bertemu si bayi walaupun kontraksi sudah teratur. Saya tetap tenang dan enggak masalah kalau keesokannya baru lahir.
Tak lama, suster datang lagi dan menawarkan induksi atas anjuran dokter untuk mempercepat pembukaan. Hohoho, tentu saja saya tolak. Saya masih punya keyakinan, jika saya, tubuh saya dan si bayi akan bekerjasama dengan baik dan melahirkan tanpa adanya induksi. Apalagi saya tahu, jika induksi itu rasanya akan lebih sakit dari kontraksi.
Pembukaan 4-5
Ditengah-tengah menunggu kelahiran, saya kembali lagi melakukan aktifitas untuk mempercepat pembukaan. Sebenarnya saya sudah pasrah kalau lahiran di pagi hari keesokan hari, tapi selama saya masih mampu melakukan gerakan yang membantu persalinan, kenapa enggak, dibandingkan hanya berdiam diri saja di kasur. Lagipula, saya merasakan kontraksi bertambah kuat sepertinya ini tidak stuck di pembukaan 3, saya yakin pembukaan ini pasti sudah lewat dari pembukaan 3 walaupun saya masih bisa ketawa ketiwi.
Nah, saya coba lakukan pose ini sambil melatih napas kembali:
Saat itu pukul 22.30 dan suster masuk ke kamar, sementara saya masih melakukan adegan seperti di atas. Apa yang terjadi kemudian? Saya ditegur olehnya, hehehe. "Aduh, ibu, mendingan istirahat jangan ngelakuin yang aneh-aneh. Nanti ibu butuh tenaga yang besar, loh buat lahiran. Jangan memaksakan diri, kan ibu mau lahiran normal," dan saya hanya menanggapi dengan senyuman saja sambil bergumam, "Hedeh, ini suster belom pernah lahiran kali ya. Dese kayaknya gak pernah baca-baca tentang olahraga yang mempercepat persalinan atau mungkin dia gaptek gak pernah buka youtube lihat informasi seputar ini?" Akhirnya setelah ke-gap, saya dan suami memutuskan untuk istirahat kembali demi kenyamanan bersama hahaha.
Sekitar jam 11 malam, suster datang lagi untuk cek pembukaan. Saat itu, saya sudah mulai merasakan mules yang lebih kuat. Wah, ternyata benar sudah naik jadi pembukaan 5, alhamdulillah! Tuh, kan manjur gerakan-gerakan yang tadi sudah saya praktekkan. Untung saya bandel dan gak nurutin suster untuk berdiam diri di kasur, hehehe.
Mules luar biasa, pembukaan 7 hingga lengkap!
Saya coba untuk istirahat dan memejamkan mata begitupun Vidi walaupun saya tahu dia deg-degan hahaha menunggu istrinya lahiran. Duh, tapi ternyata saya tidak bisa tidur! Mulesnya datang setiap 5-3 menit sekali. Jam setengah 12 malam, suster kembali datang untuk cek dalam dan ternyata sudah pembukaan 7! Btw yah, cek dalam ini rasanya ngilu kalau susternya sembarangan dan agak kasar, hih, pengen saya keplak! Tapi kalau susternya penuh kelembutan, cek dalam ini gak sakit-sakit amat. Saat itu saya udah ngerasain cek dalam suster yang kasar dan lembut. Luar biasa!
Tidak lama kemudian, saya pengen pup banget gak bisa ditahan! Rasanya kayak mau ngeluarin semangka!!! Spontan saya ngeden dan ini tidak bisa ditahan seperti otomatis ngeden sendiri, tapi suster tidak mengijinkan karena pembukaan saya belum lengkap. Justru saya harus sekuat tenaga menahan diri agar tidak ikut terbawa mengejan. Nah, di sinilah peran orang yang mendampingi untuk mengingatkan agar tidak panik, fokus dan tetap melakukan pernapasan agar lebih rileks serta menguasai rasa sakit yang timbul.
Dari sekian pembukaan, saya baru mulai merasakan sakit di pembukaan 7 ini. Saya pikir akan sakit yang benar-benar melilit seperti tulang mau patah, ternyata enggak, rasanya kayak mau BAB aja tapi harus ditahan. Sakitnya masih wajar kok, enggak seseram yang saya liat di YouTube. Untung Vidi selalu mengingatkan saya untuk bernapas sesuai latihan yang sudah saya lakukan sambil membaca doa-doa. Dengan konsentrasi pada pernapasan dan fokus akan bertemu bayi, rasa sakit kontraksi bisa teralihkan.
Selanjutnya, setengah 1 malam saya dicek lagi oleh suster. Duh, saya sebel banget dicek dalam, apalagi pas dapet suster yang enggak enak cara ngeceknya. Err, dan benar saja, ketuban saya pecah sampai muncrat ke muka suster, ckckck. Pas banget lagi ke muka suster yang saya gregetan 😝.
Sepertinya tiba waktunya buat proses lahiran. Suster pun segera menelpon dokter Aji karena pembukaan sudah hampir lengkap. Sementara itu, saya tetap tidak boleh mengejan. Huffft..inilah sensasinya, hahaha.
Hello Shayna!
"Halo, ibu ayo, semangat ya, bu sebentar lagi ketemu anaknya," tiba-tiba suara dokter Aji yang heboh kayak MC kondangan terdengar dan masuklah dia ke kamar bersalin. Alhamdulillah, ini dokter yang super ekspresif udah dateng juga, ini tandanya saya udah boleh ngeden dan gak ditahan-tahan hahaha.
Sesuai arahan dokter, jika rasa mules belum datang jangan mengejan, cukup tarik nafas dan rileks. Begitu mulas datang, kerahkan tenaga dan mulai mengejan. Satu kali mengejan belum sukses. Tapi dokter Aji tetap menenangkan, "Gpp bu rileks dulu kita tunggu lagi sampai mules ya." Mengejan yang kedua kali hampir berhasil tapi bayi belum keluar juga. Dokter menyuruh suami saya untuk melihat kepala bayi yang sudah mau keluar. Sayangnya, Vidi enggak berani hahaha, daripada pingsan mendingan tetep support di samping istri aja.
Nah, kali ini ketiga kalinya saya tarik nafas panjang dan mengejan, tiba-tiba bunyi "KREEEK KREEEK". Alamaaaak bagian dalam saya digunting sama si dokter tanpa ada aba-aba atau pemberitahuan dari dokter. Ya iyalah, malah makin panik kalau dikasih tahu ya. Sakitkah? Enggak, cuma berasa adayang digunting dan saya tahu itu digunting. Saya fokus kembali untuk tarik nafas dan mempraktekkan pernapasan yang membantu si bayi keluar. Wah, tiba-tiba, suara tangisan bayi sudah terdengar. Huaaah legaa, ngos-ngosan kayak abis lari marathon, hahaha. Yeaaaay, alhamdulillah, Shayna pun launching di Ciledug hahaha pukul 1.47 WIB hari Minggu, 21 Mei 2017 dengan berat 3,2 kg dan panjang 49 cm.
Wow, aku bisa melihat kota Ciledug! |
Tidak seperti di film-film atau video YouTube apalagi video Andien, saya tidak menangis. Bukan berarti tidak meresapi dan bahagia loh, jelas bahagia banget tapi enggak sampai mengucurkan air mata. Mungkin efek suara gunting dan jaitan yang masih berlangsung hingga satu jam lamanya! Apalagi Vidi malah berkomentar,"Beb bayinya putih haha." Penting banget komentar ini suami 😀. Gimana saya mau nangis terharu mendengar komentar ini. Padahal kalau dilihat-lihat sampai sekarang enggak terlalu putih, sih. Tapi, emang si Vidi obses punya anak yang kulitnya gak kayak dia.
Akhirnya ketemu dunia, penampilan perdanaku muslimah banget, ketutup aurat :p |
Shayna Khaira Wirawan, ini nama lengkap anak kami. Saya benar-benar bersyukur bisa melewati proses lahiran normal dan Shayna mendengarkan apa yang saya doakan selama ia di dalam perut. Sampai saat ini saya pun masih takjub, ini anak kok bisa lahiran setelah sehari saya cuti sehingga saya bisa mengasuhnya pas 3 bulan sesuai dengan jumlah cuti dan lahir di saat keluarga sedang berkumpul. Ini sesuai rencana yang saya ucapkan berkali-kali kepadanya sewaktu dalam kandungan. Shayna mendengarkan semua yang saya ucapkan. Proses lahiran pun tidak sehoror yang saya bayangkan atau saya lihat di video-video lahiran bahkan ketika digunting sekalipun enggak sakit (setelah lahiran baru berasa sakit, maknyus 😂).
Bagi yang bertanya-tanya gimana sakitnya lahiran, ini rasanya persis kayak mau BAB tapi ya itu seperti yang saya jelaskan, BAB dan pupnya kayak segede semangka! Hahaha. Buat saya yang lebih horor adalah masa-masa penyembuhan setelah lahiran karena HB (hemaglobin) saya drop hingga 7 (normalnya adalah 12). Nah, setelah ini nanti saya jelaskan lebih detail mengenai kondisi setelah lahiran, yah karena ini sudah panjang banget kayak cerpen. Semoga postingan ini bisa membantu mengurangi rasa takut untuk ibu-ibu yang mau melahirkan. Tanpa bermaksud mengucilkan cara lahiran cesar, apapun pilihannya saya hanya ingin menebarkan semangat untuk para bumil agar tidak takut menjalankan proses lahiran dengan afirmasi yang positif. Tetap semangat ya, terapkan selalu latihan pernapasan dan afirmasi positif sesering mungkin!
Hai, Niiiis. Senangnya bertemu di sini. Selamat, ya, sudah jadi ibu. Tegang ni baca ulasan tentang penyambutan kelahiran Shayna :D Semoga Shayna tumbuh sehat. Selamat menikmati peran tambahan!
BalasHapusHai mba nancy, ya ampun udh lama bgt ya gak tau kabarnya. Thanks bgt udah baca dan drop comment di blog aku. Skrng sibuk apa mba?
HapusHiii nis, wahhh senangnya baca blog kamu ini. Sepertinya kita lahiran di Rs, Dokter dan waktu yg sama :) tp knp gak pernah ketemu yak xixixii..bdw selamat jd new mom ya...
BalasHapusWah iya yah? Selamat juga ya indah! Kmu lahiran dini hari juga? Waktu masuk ugd jam 4 sore disebelah aku ada yg mau lahiran tpi udh pembukaan 7 blm ada kontraksi, apa jgn2 itu kamu? Hehehe
Hapusgw seneng dan meresapi setiap baca blog lo.. Hahahaa....
BalasHapusBaru kali ini gw terharu ��
Btw, istri gw hrs baca blog lo. Wajib!