Akulah Si Sophis!

Minggu, 07 Juni 2015

Nyaman = "Meninabobokan"

Hari Minggu yang cerah ini, saya bisa tebak sebagian besar orang pasti lagi asik bercengkrama dengan guling dan bantal. Tarik selimut setinggi-tingginya, kunci pintu kamar rapat-rapat, sambil menambah suhu ruangan AC. Sebisa mungkin, mata, telinga di-sumpel agar tidak terbangun oleh suara apapun apalagi panggilan untuk bantuin masak di dapur atau nyuci baju misalnya, hehehe. Nyamankah seperti itu? Nyaman pakai banget!

OK, sah-sah saja memilih untuk kembali ke tempat tidur, tetapi saya sadar berolahraga di pagi hari tentu akan memberikan sensasi yang berbeda dan bagus buat fisik, hanya saja saya sudah terlalu NYAMAN dan lebih memilih rutinitas tidur sampai siang saat weekend. Intinya, memulai atau keluar dari zona nyaman itu yang terasa sangat SULIT. Setujukah?

Nah, berhubungan dengan zona nyaman, hal ini yang akan saya ulas sedikit di sini. Bukan masalah pentingnya berolahraga seperti yang saya uraikan di atas (soalnya, saya juga belum rutin, sih berolahraga, hehehe) tapi kita lihat efek yang ditimbulkan ketika kita keluar dari KENYAMANAN. Mari kita simak!



Terbang Seperti Kutu Loncat alias Ganti Profesi!!!

Dunia tulis-menulis ini sudah tidak asing buat saya karena saya hobi mengarang indah hingga ikut kompetisi menulis. Efeknya, setelah lulus, saya terjun menjadi juru tulis media anak di majalah kelinci (inget-inget lagi jaman dulu majalah kelinci yang paling hits, hahaha!)

Bekerja di majalah ini benar-benar membuat saya terbuai. Jam kerja seperti PNS, tinggal menulis berita sebanyak-banyaknya lalu liputan untuk acara-acara entertainment, bertemu dengan artis-artis remaja tanggung, dewasa pokoknya artis yang masa kini dan lagi hits. Saya juga tidak perlu dikejar deadline seperti jurnalis di koran atau media lain yang bersaing mengejar kecepatan berita per detik! Coba lihat artikel sebelumnya yang memperlihatkan salah satu kebahagiaan saya meliput Cherry Belle (piss :p). Saya juga tidak perlu repor-repot buat program kerja, proposal, strategic thinking atau berkutat dengan power point, excel, oh bahagia! Meskipun terkadang Sabtu/Minggu saya harus rela bekerja untuk meliput acara anak-anak, ini pun tidak menjadi masalah besar.

Zona kenyamanan itu terus berlangsung sampai memasuki tahun ketiga. Kondisi perusahaan mulai tidak stabil, kontrak saya tidak perpanjang. Nah, inilah titik perubahan dimulai!!! Akan kemana lagi saya setelah ini? Saya hanya mengetahui satu profesi, JURU TULIS! Mau jadi apa saya kalau tidak ada di dunia ini lagi? Saya tidak punya bekal apa-apa untuk ganti profesi selain jurnalistik. Pada saat itu, saya berpikir hidup saya akan saya habiskan di perusahaan kelinci ini. Tapi, saya dipaksa keluar dari ZONA NYAMAN!

Tidak ada pilihan, saya harus segera mencari pengganti dan bertanggung jawab atas hidup saya kedepannya. Bingung? Sedih, pusing? Sudah pasti. Tapi dalam kebingungan itu saya berusaha mencari PELUANG dan MEMUTAR OTAK terhadap semua kemungkinan. Apa yang bisa saya lakukan  sebagai juru tulis? Saya dapatkan satu poin, alih profesi dan MODALNYA  PENGALAMAN SAAT MENJADI JURNALIS. Dalam keadaaan terjepit, manusia cenderung dapat melakukan apa saja untuk bertahan. Nekad, saya pun coba-coba  menjadi PR!

Selama jadi wartawan, saya banyak berhubungan dengan PR Agency. Sepertinya enak dilihat dan layak dicoba! Kemudian, gayung bersambut.  Sebelum mendekati masa akhir kerja, saya masih ditugaskan meliput dan bertemu dengan teman lama, Andina. (Musti banget sih ini ini mention!!!) Saya mencari informasi lewat cewek tembem ini tentang kerjaannya menjadi PR Consultant. Kebetulan diperusahaan ini juga ada lowongan, aah pas sekali, indah pada waktunya!

Dengan kemampuan bahasa Inggris sekedarnya saya melewati proses interview yang bikin sakit kepala. Apa itu strategi PR? Campaign apa yang cocok buat wartawan? Event apa yang pas buat ini itu? Maju terus pantang mundur! Dan akhirnya saya keterima, seneng banget! Apalagi, sebelum jatuh tempo di perusahaan lama saya sudah dapat pekerjaan baru, hehehe. Bisa angkat dagu dikit, lah!

Saya benar-benar buta dunia PR. Pekerjaan ini benar-benar memaksa saya keluar dari Zona Nyaman. Kuliah tidak pernah belajar komunikasi dan tidak aktif ikut-ikutan bikin event kampus. Pokoknya dulu mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah pulang. Bikin excel engga pernah, bikin materi proposal power point apalagi! Duh, nekad! Modal saya hanya relasi dengan media, kemampuan nulis dan kemampuan Inggris sekedarnya.

Lalu, bagaimana nasib saya di tempat baru ini? Apakah perjalanan saya mulus menjalani profesi baru sebagai PR Consultant? Nah, cerita ini menjadi bagian terpisah untuk bagian yang selanjutnya. Bagaimana bisa selamat di luar zona nyaman ini? Nantikan di episode selanjutnya, keep watching, keep being stalker!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar